Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kisahku dan Penyakit FLUTD pada Kucing Jalanan

5 September 2023   05:55 Diperbarui: 5 September 2023   05:56 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di lingkungan rumah, ada seekor kucing jalanan berwarna putih. Ia lebih banyak bermain di halaman rumah saya. Oleh karenanya saya menamakannya si Putih. Sifatnya sangat manja, meongnya pun terdengar demikian, dan tidak suka berpegian jauh.

Suatu malam, dua hari sebelum hari Raya Idul Fitri kemarin, tiba-tiba si Putih muntah-muntah beberapa kali. Memang beberapa hari sebelumnya, ia terlihat susah BAB, tetapi saya berpikir biasa saja.

Hingga kejadian malam itu, saya mulai khwatir. Akhirnya saya dan kakak perempuan memutuskan untuk menghubungi dokter hewan di halodoc.

Dokter mendiagnosis adanya gangguan pada saluran kemih, hingga air seni tidak bisa keluar. Hal ini disebut dengan FLUTD (Feline Lower Urinary Tract Disease).

Dokter juga menganjurkan supaya segera dilakukan kateter untuk mengeluarkan air seninya dalam waktu paling lama 1 x 24 jam. Kalau tidak nyawa si Putih bisa terancam.

Kami pun panik. Tanpa memikirkan jauhnya lokasi dan berapa biaya yang akan dikeluarkan, malam itu juga kami membawanya ke dokter yang buka 24 jam di daerah Sunter.

Walaupun lokasinya jauh dari rumah kami, kami tetap membawanya malam itu. Karena hanya di sanalah dokter yang masih praktek. Apalagi dua hari lagi sudah memasuki hari Raya Idul Fitri, banyak klinik yang sudah libur.

Malam itu juga dilakukan kateter pada si Putih. Ternyata air seninya sudah berwarna kemerahan, bercampur darah. Dokter menyarankan si Putih untuk rawat inap selama beberapa hari ke depan.

Kami bersyukur sudah mengambil tindakan tepat. Meskipun perjuangan tidak mudah, baru kembali ke rumah sampai jam 12 malam. Lumayan berdebar juga karena kami jarang keluar malam. Ditambah lagi jalanan yang kami tempuh pun masih asing dan sepi.

Si Putih dirawat inap selama empat hari di Klinik. Hari ke 4, kami menjemputnya di klinik. Itupun dengan tambahan drama.

Karena Jakarta sepi, saya dan kakak saya mampir dulu ke suatu tempat untuk makan siang sebelum ke klinik. Karena masih asing dengan daerah yang kami tempuh, kami salah jalan. Parahnya lagi, sebuah sepeda motor tiba-tiba menabrak mobil kakak. Susasana pun jadi tegang. Beberapa motor ikut menghadang mobil kami. Kami ketakutan setengah mati, takut dengan masyarakat yang suka main hakim sendiri.

Untungnya korban kecelakaan hanya luka ringan di tangan. Namun, kami tetap menawarkan bantuan untuk membawanya ke rumah sakit jika diperlukan. Beberapa warga tampak beringas, untungnya ada seorang bapak yang menenangkan situasi. Ia berkata, "sudahlah kita maafkan, mereka orang jauh yang tidak mengenal jalan di sini." Bapak itu lalu menyuruh kita pergi. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih.

Kami bersyukur di dalam hati. Suasana tegang berubah tenang. Semuanya berakhir baik. Entah karena karma baik menolong si Putih atau memang kebetulan saja si Bapak sedang berada di sana.

Perjalanan dilanjutkan, kami membawa pulang si Putih. Biayanya lumayan mahal. Tindakan kateter dan rawat inap selama empat hari. Namun kami puas. Nyawa seekor kucing telah diselamatkan.

Tapi, persoalan tidak selesai sampai di situ. Dua hari kemudian, pipis si Putih kembali berdarah lagi, hingga kami harus kembali membawanya ke klinik lagi.

Dari penjelasan dokter, jika seekor kucing sudah terjangkit FLUTD, makanannya harus murni. Dari jenis Urinari S/O dan tidak boleh dicampur makanan lain. Dan jenis makanan khusus ini harus diberikan selama enam bulan kedepan. Setelah 6 bulan dilanjutkan dengan memberi makanan jenis Urinari Care.

Dari pengalaman dengan si Putih, saya baru tahu jika ternyata kucing jalanan mempunyai resiko yang tinggi terhadap beberapa penyakit. Salah satunya susah buang air kecil (FLUTD) ini. Risikonya pun fatal, bisa menyebabkan kematian.

Menurut keterangan dokter, biasanya kucing jalanan sering terkena penyakit FLUTD, terutama kucing jantan yang berusia lebih dari 1 tahun. Ada beberapa penyebab penyakit FLUTD, di antaranya adalah makanan yang dikonsumsi, kurang minum, bahkan karena stress.

Selain FLUTD, kucing jalanan juga rentan terhadap sakit kulit karena lingkungan yang tidak memadai, sakit mata yang menular, dan penyakit lainnya.

Ternyata Kehidupan kucing liar sangatlah tidak mudah. Selain rentan penyakit, mereka juga harus berjuang mencari makan dan serangan kucing liar lainnya.

Kehidupan hewan memang tidak enak, selalu dirundung ketakutan dan kecemasan. Beruntungnya kita yang hidup di alam manusia. Semoga karma baik kita selalu melindungi kita supaya tidak jatuh ke alam binatang atau bahkan alam lain yang lebih rendah dari alam manusia.

**

Jakarta, 05 September 2023
Penulis: Mustika T, Kompasianer Mettasik

Perajut Hari-Hari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun