Hanya karena sedikit tetesan air di lantai dari rambut basahnya, kawan saya mendapat musibah yang cukup berat. Ia (sebutkanlah si A), jatuh terjerembab dengan posisi lutut menyimpang jauh dari normalnya. Membayangkan saja sudah membuatku ngeri apalagi dia yang mengalaminya, pasti sakit luar biasa.Â
Sampai sekarang A masih suka berpikir, musibah yang ia alami sangat tidak masuk akal. Hanya karena tetesan air, dirinya bisa jatuh terjerembab. Terlebih lagi, ia termasuk orang yang sangat sensitif dengan lantai licin, mengingat hal yang sama pernah terjadi puluhan tahun yang lalu dan membuat lutut satunya juga cedera.
Tetapi itulah musibah. Alias buah karma buruk datang tidak akan kenal waktu dan tempat. Tidak pernah minta permisi, tidak akan minta ijin untuk hadir. Ia akan hadir dengan penuh percaya diri, tidak peduli apakah kita sedang bahagia atau sedih.
Si A mengalami patah tulang dan dua retak disekitar lutut, menimbulkan kesakitan luar biasa. A yang aku kenal, wanita perkasa, mandiri karena ditempa oleh beratnya kehidupan, menjerit, menangis kesakitan saat petugas ambulans datang mengantarnya ke Rumah Sakit.Â
A harus dioperasi, membutuhkan waktu cukup lama karena posisi patahnya agak sulit. Â A harus berbaring di Rumah sakit selama beberapa hari dengan berbagai terapi yang harus dijalani. Tapi aku yakin A bisa menjalaninya dengan kuat, tegar seperti biasa, karena dia adalah wanita kuat. Aku hanya bisa berdoa semoga A cepat sembuh dan segera pulang, sesekali aku menemaninya sambil bercerita.
Dari musibah yang menimpa A, muncul kesadaran dari dalam diriku; Saatnya untuk "sitting" kembali. istilah yang biasa kami berikan untuk retret meditasi sepuluh hari di Dhamma Java. Â
Awalnya sempat berpikir "gila juga yah, gak salah Yol baru akhir Maret sitting, pertengahan Juli sudah sitting lagi, gak bosan, jenuh dan gak ada rasa bersalah tinggalkan anak-anak terus."Â
Tetapi anehnya tanpa berpikir lama aku langsung daftar dan ikutan. Bagiku Tidak ada yang kebetulan, aku percaya Dhamma dan Semesta selalu menemani setiap langkahku.
Dari pengalaman ikut bermeditasi kali ini, aku mendapatkan sebuah pemahaman baru, "jeda waktu bukan hal yang penting dalam mengambil atau mengulangi kegiatan, yang terpenting dan perlu aku syukuri, adalah pembelajaran yang aku dapatkan ."Â
Panjang-pendeknya jarak waktu, terlalu cepat atau terlalu lama hanyalah fenomena yang dapat menimbulkan pola pikir yang berbeda dari setiap individu.