Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Minimkan Debu, Sekarang!

19 Juli 2023   05:55 Diperbarui: 19 Juli 2023   05:56 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minimkan Debu, Sekarang! (gambar: molekule.com, diolah pribadi)

Pencarian ini menuntun penulis sampai pada konsep parami -- penyempurnaan kebajikan.

Iya, kebajikan saja tidak cukup karena hanya menuntun pada kelahiran ke alam yang lebih baik. Yang kalau masih dilahirkan berarti masih belum lepas dari samsara. Parami-lah yang menuntaskan usaha melenyapkan penderitaan dengan memupuskan segala kemelekatan hingga tercapainya tingkat kesucian.

Karena kebajikan menuntun ke kelahiran ke alam yang lebih baik berarti kebajikan tidak seperti pengetahuan, pengalaman, dan kebijaksanaan, TIDAK ikut ter-reset ketika kita tumimbal lahir. Thus, baik kebaikan maupun parami adalah usaha nyata, kongkrit yang bisa kita lakukan untuk mengurangi "debu" pada diri kita SEKARANG.

Kesepuluh parami yang bisa kita latih adalah :

  • Dana, keikhlasan ketika berdana baik barang, jasa atau sekedar niat
  • Sila, kejujuran dalam menjaga kesucian
  • Nekkhama, kesadaran untuk menghentikan kemelekatan pada nafsu indriya
  • Panna, kebijaksanaan untuk terus menambah pengetahuan ttg Dhamma
  • Viriya, keuletan memelihara dan mengembangkan kebajikan
  • Khanti, kesabaran dalam menerima buah kamma
  • Sacca, keteguhan pada pandangan benar
  • Adhitthana, kegigihan yang berlandaskan kebijaksanaan
  • Metta, kebaikan hati yang tanpa batas
  • Upekkha, ketenangan bathin yang tak mudah goyah

Sila memang sudah jadi pedoman sehari-hari buddhis. Dana adalah praktek dhamma yang paling sederhana. Panna sedang anda lakukan dengan membaca majalah buddhis ini.

Sisanya? Bhavana. Cari dan baca rubrik meditasi.

Pada akhirnya Sang Buddha-lah yang benar. Sungguh beruntung terlahir sebagai manusia yang berakal budi yang bisa belajar, mengajar, dan berbagi Dhamma. Waktu yang seumur manusia menjadi berkah karena memungkinkan kita menimbun kebajikan dan menyempurnakan parami. Lingkaran samsara bukan lagi keniscayaan. 

Well, tentunya jika dan hanya jika kita sungguh bertekad melenyapkan penderitaan...

Semoga celotehan tertulis penulis ini menumbuhkan semangat yang sempat kendor, mengembalikan kepercayaan diri yang kadung melorot atau menginspirasi tujuan hidup yang sarat dengan pilihan duniawi ini...

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata
Semoga semua mahluk berbahagia.

SADHU.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun