Di kebisuan malam nan sepi
Aku termenung menatap rembulan dan bintang
Pikiranku mengembara  nun jauh di sana
Di lorong waktu masa lalu dan masa depan
Aku telah merasakan manis pahitnya kehidupan
Buah karma hasil perbuatanku
Perbuatan yang  baik maupun yang buruk
Yang kulakukan dengan sengaja ataupun tidak
Detik demi detik kehidupan aku jalani
Lahir,tua,sakit,dan mati
Semua proses akan terjadi pada diriku
Aku harus siap menghadapinya
Langkah awal hidupku yang tanpa arah
Kini telah dituntun oleh seberkas cahaya
Titian jembatan emas yang berkilau
Terhampar megah di hadapanku
Jembatan emas Ehipassiko yang kemilau
Ehipassiko datang,lihat,rasakan dan buktikan
Kebenaran Dhamma Sang Buddha
Yang menjadi cahaya penuntun hidupku
Dhamma yang telah terbukti kebenarannya
Yang aku percaya dan praktekkan
Sebagai pegangan dalam hidupku
Sumber kekuatan di berputarnya roda dunia
Pikiranku yang mengembara telah kembali
Berpijak pada kenyataan hidup yang terjadi
Pada masa kini yang aku sedang jalani
Berdamai dengan diriku dan sang waktu
Ehipassiko memberiku semangat hidup
Untuk membabarkan Dhamma Sang Buddha
Yang indah pada awal,pertengahan,dan akhirnya
Di seluruh penjuru dunia
** Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Kendari, 9 Juni 2023
Penulis: Henny Tunggeleng, S.Si., Kompasianer Mettasik
Aku Membabarkan Dhamma Lewat Goresan Penaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H