Setelah berpikir cukup lama, jadilah kakakku memutuskan untuk oprasi di rumah sakit tersebut, yang jauh dari rumah kami. Tersebab kalau kami memutuskan kembali ke Jakarta dengan perjalanan yang cukup macet, kakakku akan semakin menderita menahan sakit sepanjang perjalanan.Â
Aku habiskan waktu di rumah sakit untuk mengurus semua dokumen yang cukup merepotkan karena kebetulan kamar penuh. Setelah menunggu beberapa jam akhirnya muncul kabar gembira, masih tersedia kamar kosong.
Seharian penuh aku berada di rumah sakit, yang sangat besar dengan bangunan tuanya berdiri megah itu. "Cukup menyeramkan" kata keponakanku. Â Bersyukur aku tidak merasakan begitu. Bolak-balik dari lantai satu, dua, dan tiga mengurus obat, documen dan kamar . Aku lakukan dengan berusaha setenang dan setegar mungkin, karena yang tergambar di kepalaku kembali lagi ingatan masa lampau saat aku mengurus suamiku sendirian dengan rasa sepi dan sedih yang dalam di negara antah berantah yang aku tidak mengerti sedikitpun bahasanya.
Timbul kembali rasa  frustasi, sepi dan sedih yang berkepanjangan, berkecamuk di dalam pikiranku. Aku sudah berusaha semampuku untuk mendapatkan kebahagiaan di 24 April, tidak boleh ada rasa sedih dan sepi lagi. Aku sudah bahagia bisa berhasil lewati satu hari dari tanggal tersebut, tetapi  ternyata "rasa itu" kembali  muncul di tempat  dan tanggal yang berbeda. Tepat di saat aku duduk sendirian menunggu di lorong rumah sakit yang dingin serta kosong.
Tiba-tiba Muncul kesadaran yang dalam dipikiranku "kemanapun aku pergi menghindar dan mencari kebahagiaan, buah karma akan tetap muncul tanpa bisa aku hindari ".  Dan disela-sela kesedihan, rasa frustasi dan lelah itu hilang. Bersamaan dengannya muncul rasa Bahagia. Puas karena aku bisa mengurus semua  kebutuhan rumah sakit dengan baik sampai kakakku bisa menjalani operasi dengan lancar. Â
Terima kasih semesta yang kembali lagi memberikan aku kesadaran ditengah-tengah musibah yang berusaha aku hindari, karena kesombongan dan keyakinan dapat menghindari buah karmaku sendiri. Â
Kembali ke rumah saat membongkar tas liburan, aku melihat sepasang pakaian cantik yang masih tergeletak rapi dan manis di dalam tas. Pakaian itu yang rencana akan aku kenakan untuk habiskan waktu di tanggal 24 sambil mengirup coklat panas kesukaanku, ditemani udara dingin kota Bandung. Â
Rencana hanya sebuah harapan, ternyata aku habiskan liburanku di rumah sakit. Aku tidak menyesal karena dengan kejadian ini menimbulkan satu pembelajaran kembali untuk ku "buah karma akan tetap mengikuti kemanapun aku pergi ", apakah itu buah karma buruk atau baik, hanya aku sendiri yang tahu karena aku yang sudah memperankannya. Â
Aku bertanggung jawab atas perbuatan ku sendiri, terlahir dari karma ku sendiri.
**
Jakarta, 05 Juni 2023
Penulis: Tjio Jolanda Santoso, Kompasianer Mettasik