Melihat kehidupanmu
Ku selalu merasa kurang
Melihat kehidupanku
Kamu merasa kurang
Setiap ada kekurangan
Selalu hadir penderitaan
Setiap ada perbedaan
Pun hadir kesusahan
Jika ditanya, apakah aku suka menderita?
Tentu jawabnya tidak
Namun ketika penderitaan ada
Aku pun kadang tak merasakannya
Sulit melihat derita dalam deritaku
Mudah memahami derita di derita orang lain
Apakah ini sebuah makna bahwa derita itu tak ada?
Walau aku tak melihat deritaku
Namun kenapa aku merasa sulit
Terlilit dalam kepahitan hidup
Bangun tak nyaman tidur tak nyenyak
Makan tak nikmat
Bekerja tak gembira
Berteman tak hangat
Berkeluarga tak riang
Mungkin ini tanda untuk kupahami
Bahwa itulah derita yang ada dalam diriku
Mungkin juga ini sebagai jawaban
Bahwa derita ada dalam hidupku
Selama derita tak dipahami sebagai derita
Selama itulah derita tak pernah padam
Layaknya seekor kerbau yang selalu dicambuk majikannya
Sang kerbau tak pernah berniat lari dari deritanya
Sang kerbau tak berdaya memahami penderitaannya
Karenanya ia selalu bersama majikannya dan deritanya
Namun itulah seekor kerbau yang terwarisi keterbatasan akal budi
Aku bukan seekor kerbau
Aku manusia yang berwariskan akal budi
Aku layak memahami deritaku
Aku mau lepas dari deritaku
Saat kumulai pahami sang derita
Sahahat derita pun datang yaitu kebahagiaan
Ketika derita itu dipahami, aku mulai memahami lenyapnya derita
Inilah yang membuat derita itu padam
**
Surabaya, 26 Mei 2023
Penulis: Aryavamsa Frengky, Kompasianer Mettasik
Dhammaduta Nasional
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H