Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Syarat Keberkahan, Apakah Itu?

8 Mei 2023   05:55 Diperbarui: 8 Mei 2023   07:07 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syarat Keberkahan, Apakah Itu? (gambar: kompas.com, diolah pribadi)

Berkah sangat menarik dibahas karena merupakan "imbalan" pelaksanaan dhamma yang luar biasa. Maknanya mencakup mulai dari keberuntungan, kesaktian hingga mukzizat dalam hidup yang begitu tiada taranya hingga dari sutta kita ketahui menjadi incaran tidak hanya oleh manusia, tapi mahluk di alam lain termasuk para dewa.

Berbicara tentang berkah, umat Buddhis umumnya akan mengacu pada Mangala Sutta yang memang adalah jawaban Sang Buddha ketika ditanya apa berkah termulia dalam kehidupan. Bersama Karaniya Metta Sutta, Mangala Sutta ini memang selalu saya perkenalkan kepada umat buddhis yang butuh atau minta panduan yang lebih praktis dari ayat-ayat Dhammapada atau nasihat-nasihat lewat Dhammadesana dalam setiap puja bakti. Syair-syair di kedua sutta ini memang lugas nyaris seperti instruksi, menyentuh langsung hampir semua sendi-sendi kehidupan dan tak lekang oleh waktu relevansinya.

Tapi, kepraktisan itu bersyarat. Tanpa memenuhi syarat itu meski hapal "instruksi"-nya seseorang akan sulit konsisten menjalannya atau lebih gawat lagi bisa menjalankan kepraktisan itu dengan alasan yang salah.

Butuh keteguhan dan keberanian untuk meninggalkan orang-orang yang tidak bijaksana untuk berkumpul dengan yang bijaksana. Butuh kebersyukuran rasa terima kasih untuk mendukung orangtua dan bekerja dengan seriius. Butuh empati dan tanggung jawab untuk tergerak melakukan dana dan mendukung sanak saudara. Dan yang utama, butuh kejujuran yang sungguh jujur pada diri sendiri untuk bertekad melenyapkan penderitaan.

Keteguhan, keberanian, kebersyukuran, keber-terimakasih-an, empati, tanggung jawab, kemampuan untuk jujur pada diri sendiri. Itu semua bagian dari karakter kepribadian yang tidak dapat diajarkan. Itu semua bagian dari warisan kamma. Jadi sama seperti halnya ketrampilan (berhitung, olahraga atau berkesnian) orang butuh "bakat" spiritual untuk sukses menjalankan dhamma. Mungkin ini yang dimaksud dengan

"...memiliki kebajikan dimasa lampau..."

dalam Mangala Sutta atau yang sering disebut parami.

Tunggu... tunggu.... masak untuk mendapatkan berkah kita harus berberkah dulu ?

Iyah.

Sama dengan kenyataan dalam perjuangan kita melakukan kamma baik kita tidak lepas dari vipakka masa lampau, tidakkah untuk mendapatkan peluang berbuat baik yang lebih besar kita harus terlahir "baik" dulu? Misalnya terlahir jadi orang...

Lalu bagaimana memenuhi persyarat yang lebih mendasar dari perbuatan ini? Bagaimana menumbuhkan karakter yang benar? Bagaimana membentuk pribadi yang sesuai agar kita segera bisa menuai berkah dengan menjalankan sutta-sutta itu?

Masak nggak tahu? Apa dalam dhamma yang menekankan pelatihan mental selain berdana?

Betul....

Meditasi.

Dalam bermeditasi, ibarat atlit yang mempersiapkan diri mengikuti pertandingan dengan melatih otot dan reflek otot dengan nge-gym, umat buddhis mempersiapkan diri menghadapi hidup dengan melatih mental dan reflek mentalnya dengan bermeditasi.

Dalam meditasi kita berlatih mencatat dan mengenali timbul tenggelamnya pikiran dan perasaan dengan berkonsentrasi mengobservasi suatu objek. Itulah gunanya object meditasi yang bisa sesederhana tarikan napas atau seruwet proses penuaan tubuh.

Dalam keseharian, meditasi meningkatkan ketajaman ingatan, kepekaan perasaan dan keawasan pikiran sehingga memudahkan pelaksaan sila dan meningkatkan kebijaksanaan. Tapi yang jauh lebih penting adalah meditasi memperkuat kesadaran sehingga bisa "menata ulang" karakter atau kepribadian dan memancarkan energi positif yang bisa mengkondisikan hidup.

Inilah yang menjadi modal kita melaksanakan Karaniya Metta Sutta dan Mangala Sutta sekarang dan dikehidupan selanjutnya yang bergulir menjadi timbunan kebajikan. Itulah sebabnya dalam tingkatan yang lebih tinggi lewat meditasi kita bisa mengamati terjadinya Anicca, Anatta, dan Dukkha dalam diri yang menuntun pada penerangan sempurna seperti yang diteladani guru agung kita semua -Sang Buddha.

Dengan pemahaman ini, semua berkah termulia pada Mangala Sutta jadi terjangkau. Kalau bisa dijangkau bisa diamati kebenarannya. Jadi, jangan tunda-tunda lagi, mulailah berlatih meditasi. Mulailah berlatih meditasi SEKARANG.

Sesungguhnya dari meditasi akan timbul kebijaksanaan,

tanpa meditasi kebijaksanaan akan pudar.

Setelah mengetahui kedua jalan baik yang menunjang perkembangan maupun kemerosotan bathin,

hendaklah orang melatih diri sehingga kebijaksanaanya berkembang

Magga Vagga: 10

Semoga celotehan tertulis saya ini menumbuhkan semangat yang sempat kendor, mengembalikan kepercayaan diri yang kadung melorot, atau menginspirasi tujuan hidup yang sarat dengan pilihan duniawi ini...

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata

Semoga semua mahluk berbahagia. SADHU.

**

Penafian

Opini dalam artikel ini meski terinspirasi ajaran Agama Buddha mahzab Theravada adalah murni buah pikir pengarang sendiri yang tidak mewakili organisasi, mahzab atau ajaran manapun.

**

Jakarta, 8 Mei 2023
Penulis: Paul Bhinneka, Kompasianer Mettasik

Pemerhati Dhamma

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun