"Wow luar biasa." Teriakku dengan gembira dalam hati.
Kali ini kami akan melaksanakan temu kangen sahabat meditasi dengan suasana yang berbeda. Di udara alam terbuka. Menurutku meditasi di udara terbuka sangat menenangkan, membawa kedamaian. Â
Benar saja. Daftar peserta yang ikut terus bertambah. Ada rasa gembira yang dalam bagiku dan teman-teman mengadakan acara yang berbeda kali ini.
Langkah selanjutnya adalah mencari narasumber yang bersedia luangkan waktunya membimbing meditasi singkat, berbagi Dhamma, serta cerita. Sebagai host, aku mendapatkan dua orang narasumber hebat dan bersedia membantu acara kami.
Sudah menjadi kebiasaanku setiap kali mendapatkan narasumber aku perlu bertemu dengannya untuk membahas banyak hal. Mendiskusikan materi apa yang nanti akan dibawakan agar sesuai dengan harapan para peserta, sekaligus membangun chemistry agar bisa memunculkan suasana diskusi yang ceria dan nyaman.
Singkat cerita, berdiskusilah aku dengan salah satu narasumber. Â
Diawali dengan berbagi cerita seru tentang materi dan cara pelaksanaan pada saat temu kangen nanti. Lalu berlanjut kepada pengalaman hidupnya yang akan ia bagikan nanti.
Saat itu, aku begitu terinspirasi dengan ketulusan ceritanya dalam menemani dan merawat penuh kasih kedua orang tuanya yang sudah mulai menua.
Ia begitu telaten mengikuti, mengamati perkembangan fisik, dan mental kedua orangtuanya. Sesuatu yang baginya adalah kesempatan baik untuk menerapkan pengertian dhamma dalam kehidupan sehari-hari.
Dimana baginya, pada akhirnya kita semua, sehebat apapun di masa lalu dan saat ini, PASTI akan menjadi tua, sakit, dan mati. Â Â
Mendadak muncul pikiran kepoku, ingin bertanya kepadanya sesuatu yang berhubungan dengan tulisan ketigaku tentang menghadapi hari tua. Â