Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Berharga 10 Hari Tanpa Bicara

3 Mei 2023   05:55 Diperbarui: 3 Mei 2023   05:53 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengalaman Berharga 10 Hari Tanpa Bicara (gambar: indianexpress.com, diolah pribadi)

Sering terbersit dalam pikiran ingin keluar dari zona nyaman bahkan ketidaknyamanan rutinitas kantor yang membosankan yang dilakukan setiap hari. Memang pekerjaan itu tidak ada habisnya. Menguras energi jasmani dan pikiran.

Mungkin butuh menyegarkan pikiran setelah sekian lama melatih pikiran dengan berbagai macam guru dan tehnik yang berbeda. Saya memutuskan untuk mendaftar mengikuti latihan meditasi vipassana yang belum pernah saya ikuti.  

Dengan seluruh tekad yang kuat dan kekuatan karma baik, saya akhirnya dapat mendaftarkan diri. Walaupun sebelumnya pernah gagal karena bertepatan dengan jadwal kuliah.

Sebelum mengikuti latihan ini banyak rintangan dan pekerjaan yang harus saya selesaikan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, agar tidak mengganggu proses latihan. Seperti pekerjaan kantor, tugas kuliah, pekerjaan rumah, menyelesaikan janji kepada orang lain dan ujian kantor.

Dan, tak lupa juga mengosongkan gelas pikiran dari semua teori dan tehnik meditasi yang pernah saya pelajari.

Sebelum mulai latihan ini sepertinya saya akan pergi begitu jauh, meletakkan semua beban dan tidak akan kembali.

Tiba di lokasi latihan para panitia menyambut dengan ramah, melakukan pendaftaran ulang dan briefing sebelum acara dimulai. Tidak ada sesi perkenalan dengan siswa lain.

Semua fasilitas seperti handphone, laptop, buku, dan alat elektronik lainnya disimpan dipanitia selama Latihan berlangsung. Aturan yang sangat susah adalah meninggalkan handphone yang sudah menjadi alat yang selama ini tidak bisa ditinggalkan. Teman di kala kesepian dan hiburan sehari-hari.

Aturan yang sangat mengejutkan juga adalah tidak boleh bicara, kontak fisik langsung kepada peserta lain, kecuali kepada guru atau pelayan dhamma. Sebelum mulai latihan esok harinya semua peserta bertekad untuk melatih 8 moralitas  (Athasila) dan mempraktekkan vegertarian secara bersama.

Pagi dini hari jam 04.00 sudah ada bel berbunyi untuk mempersiapkan diri latihan. Pukul 04.30 mulai latihan meditasi anapanasati (obyek pernafasan) dengan tujuan untuk memperoleh ketenangan dan konsentrasi pikiran terlebih dahulu.

Hari 1 sampai 3 tidak ada rintangan yang berarti. Tersebab sudah biasa melakukannya setiap hari.  Latihan memperhatikan nafas ini semakin memantapkan diri saya dari latihan sebelumnya. Pikiran semakin terpusat dan tenang karena lingkungan yang kondusif untuk latihan. Ketenangan semakin mendalam walaupun kondisi ini harus disadari selalu berubah. Banyak gambaran batin yang muncul bahkan rintangan batin yang muncul.

Hari ke 4 sampai 5, mulai beralih ke meditasi vipassana dimana ada sesi 1 - 2 jam tidak diperkenankan untuk merubah posisi duduk, bergerak, atau keluar dari ruangan. Ini sangat berat sekali karena pikiran terbiasa liar dan mudah mengkhayal.

Hari ke 4 dan 5 pikiran selalu ingin menyerah untuk mengakhiri latihan ini, ingin pulang dan pikiran semakin memberontak. Sebab rasa sakit yang luar biasa di kaki, paha, punggung, dan ketegangan di kepala semakin terasa dan cukup diamati saja. Tentu rasa bosan, tidak sabar, penderitaan yang muncul diseluruh tubuh ini berubah-ubah. Menjalar pada setiap titik yang berbeda.

Kadang saya bertanya-tanya, untuk apa sih kita memperhatikan penderitan ini? Tentu tujuannya adalah agar kita bisa melihat penderitaan itu sebagaimana adanya.

Mengamati perasaan ini selalu berubah dan bukan milik kita. Memang tidak mudah bagi orang yang sudah terbiasa menutupi penderitaan dengan kesenangan sesaat. Yang tidak memiliki kesabaran ketika keinginannya tidak tercapai. Tidak bisa menahan rasa sakit fisik.

Ketika mengamati perasaan atau sensasi yang muncul keragu-raguan akan praktek vipasana akan muncul setiap momen. Apakah ini sudah benar atau tidak yah? Apalagi latihan ini baru pertama kali dilakukan.

Hal ini wajar terjadi sebab kita terbiasa menolak perasaan yang tidak enak pada tubuh dan pikiran. Sehingga menimbulkan kebencian. Kemudian kita terbiasa hanya mengharapkan dan menerima perasaan nyaman saja, sehingga tanpa disadari menimbulkan kemelekatan akan nafsu keinginan.   

Pikiran perlu dilatih dengan kesadaran terus-menerus karena kita telah terbiasa hidup dalam ketidaksadaran.

Hari ke 6 -- 9 sudah mulai berdamai dengan diri sendiri dan lingkungan. Walaupun masih banyak pertanyaan yang harus dijawab dengan pengalaman langsung.

Setiap saat perasaan ini berubah seperti gelombang yang mengalir kemudian cepat berlalu. Setiap sesi meditasi dari pagi sampai malam perasaan ini selalu berubah.

Terkadang gelisah, takut, ingat masa lalu, masa depan, dan khawatir dengan kondisi keluarga di rumah. Kadang sesi berikutnya tenang dan mendalam. Ketika istirahat dan jalan pagi dengan rileks malah banyak pengetahuan dhamma yang muncul dari proses latihan tersebut. 

Hari ke 10 merupakan waktu yang sudah ditunggu semua siswa sekaligus hari yang membahagiakan. Semua peserta tersenyum lega, latihan sudah selesai dan besok bisa pulang. Latihan Ibarat seseorang yang selesai melakukan operasi batin, melihat kedalaman berpikir manusia yang begitu ruwet. Merasakan sakit atau penderitaan tubuh, ketegangan pikiran, perasaan suka, dan tidak suka yang datang silih berganti.

Untuk itu sebagai penutup kita dilatih untuk meditasi cinta kasih untuk menyembuhkan luka batin sehabis operasi tersebut. Mengembangkan energi positif dalam diri dan kepada semua mahkluk.

Dari latihan ini saya semakin memahami bahwasanya untuk melihat kebenaran sesungguh tentang kehidupan ini, kita harus melihat penderitaan secara alami dan apa adanya.  Melihat penyebab penderitaan dan bagaimana penderitaan itu muncul lenyap dan mengapa penderitaan datang. Di situlah kedamaian, ketenangan, dan kebahagiaan muncul dari hasil pengalaman tersebut.

Pengalaman berharga ini merupakan paket komplit di mana siswa berusaha melatih moralitas (sila) secara murni dengan tidak berbicara dan mempraktekkan vegetarian.

Siswa juga melatih samadhi untuk memperoleh ketenangan dan konsentrasi batin, kemudian melatih meditasi vipassana yang merupakan inti dari proses latihan ini. yaitu melihat segala sesuatu sebagaimana adanya untuk memperoleh kebijaksanaan (panna) dari pengalaman langsung.

Nah, apa sih manfaat yang diperoleh dari latihan ini? Tentu kita akan semakin sabar dan tidak bereaksi perasaan-perasaan yang muncul. Semakin tenang dalam melihat fenomena kehidupan yang selalu berubah. Semakin bersyukur/puas dengan apa yang dimiliki dan ego semakin berkurang.

Tentu pemahaman Dharma semakin baik, berkurangnya segala negetivitas dalam diri, lebih berhati-hati dalam berucap dan bertindak. Semakin semangat berlatih  diri dan bahagia.  

Semoga Semua Mahkluk Berbahagia

**

Nabire, 03 Mei 2023
Penulis: Eko Susiono, Kompasianer Mettasik

Hidup Sederhana dengan Batin Berkualitas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun