Ada bahaya yang disebabkan oleh anak panah yang dimuntahkan dari busur dan melesat menuju sasaran. Bagi siapapun yang terpanah maka akan mengalami kesakitan yang teramat sangat.
Itulah bahaya dari anak panah yang mata ujungnya runcing, tajam, dan melesat dengan cepat. Pun apabila ditembakkan di malam hari atau tanpa kita sadari.
Berangkat dari perumpamaan anak panah yang sering ditemukan dalam teks kitab suci umat Buddha, anak panah menggambarkan bahaya yang dialami bagi seseorang yang terpanah.
Seperti halnya penderitaan fisik akibat terpanah seperti luka, berdarah, menembus kulit dan daging, hingga rasa demam akibat darah yang keluar terus menerus.
Itulah kesakitan pada jasmani yang terpanah yang menggambarkan kelapukan, usia tua, terbebani, menderita jasmani, sering sakit, dan membungkuk.
Syahdan, apabila batin ikut menderita akibat kesakitan dan beban jasmani maka seseorang dikatakan terkena anak panah yang kedua, yang membawa penderitaan bagi batin.
Perumpamaan anak panah merupakan hal yang patut kita ketahui bahwasanya ada dua anak panah di dunia.
Anak panah pertama yang mengenai sasaran membawa penderitaan fisik. Sedangkan anak panah kedua atau susulan merupakan penderitaan bagi batin.
Apakah jika kita terkena anak panah pertama, kita harus mengalami anak panah kedua?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita bahas tentang tiga jenis perasaan dalam pengertian Buddha Dhamma.