Gejolak dalam dada yang membara
Kemarahan yang terpendam
Perasaan dendam yang meletup-letup
Membakar hati nurani yang suci
Kesedihan yang mengharu biru
Menorehkan luka tercabik di hati
Pelupuk mata berkabut embun
Aliran sungai air mata tertumpah
Kumelangkah dalam lamunan
Mengikuti bisik hati yang perih
Menelusuri perjalanan jauh
Yang kutempuh dalam hidup ini
Lelah sekali rasanya jiwa ini Â
Bergumul dengan banyak cobaan
Yang datang silih berganti
Dalam hari-hari yang kulewati
Kurebahkan diri di atas rerumputan
Semilir sang bayu menyejukkan hati
Kutatap langit biru nan cerah
Sang mentari tersenyum padaku
Kesejukan merambah dalam dada
Kagum kebesaran Sang Pencipta
Kudendangkan senandung syahdu
Pelipur lara penyejuk hati nan pilu
Kuatur helaan napas satu demi satu
Belajar menerima segala cobaan
Kuberdoa dengan segenap hati
Kusandarkan semua kisah hidupku
Kemarahanku perlahan surut
Kesedihanku dijemput sang bayu
Senyum manis kutebar pada alam
Aku berdamai dengan jiwaku
**
Kendari, 15 April 2023
Penulis: Henny Tunggeleng, S.Si., Kompasianer Mettasik
Aku Membabarkan Dhamma Lewat Goresan Penaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H