Aku menyibukkan diriku. Mengisi penuh agendaku sembari berharap kekosongan yang kembali aku rasakan bisa menipis. Tapi, sampai lelah, dia tetap ada di sana. Menempel manis dengan bobot yang sama.
Lalu, perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit kesadaran akan Anicca muncul. Sesuatu yang selama ini terlupakan. Aku mengikuti retret meditasi. Di hari pertama terasa berat. Pertempuran di dalam batin sangat kuat, serangkaian kalimat meluncur deras di kepalaku, "apa yang aku cari di sini? Pulang saja, semua sia-sia. Kamu tetap tidak akan bisa bahagia."
Untungnya, bimbingan Guru bijaksana yang siap membantu membuat aku bertahan sampai akhir. Sesaat menjelang pulang ke rumah, tiba-tiba sebuah pencerahan muncul dari dalam diriku, "aku sudah temukan jalan pulang, di sinilah tempatku untuk kembali nanti." Jauh dari kebisingan, keindahan, kesedihan duniawi, serta kesombongan. Apalagi yang aku cari semua tidak akan  kubawa sampai tiba waktunya. Sampai aku harus pulang untuk selamanya .Â
Kini, setahun telah berlalu dari retret pertama, masalah di kehidupan masih saja berlangsung. Anak-anak sudah semakin dewasa dan memiliki pandangannya sendiri. Terkadang cukup menganggu pemikiranku. Terkadang timbul kesedihan.
Kembali aku tersadar, selama kita masih bernafas, Ketika semua panca indra berfungsi normal, tantangan duniawi akan selalu mengikuti. Aku sudah punya jalan pulang, mengapa aku tidak rehat sejenak untuk pulang. Ternyata cukup lama terlupakan .Â
Kembali aku mengikuti retret meditasi, kali ini bisa aku ikuti dengan lebih tenang. Ada sesuatu yang aneh, tidak ada lagi bisikan didalam batinku "kembali kerumah saja ". Â
Semua berjalan dengan tenang dan damai. Lingkungan di lokasi retret terkondisikan dengan nyaman agar kita bisa fokus bermeditasi, terbebas dari kesibukan, dan rutinitas.Â
Aku merasakan kedamaian yang mendalam. Ada sedikit rasa takut untuk kembali ke kehidupan sesungguhnya karena begitu tenangnya batin ini. Namun, dengan cepat kekhawatiran itu berlalu. Mengingat kata-kata Guru untuk selalu berusaha dengan tekad kuat belajar "tenang seimbang " Â
Sekarang aku menyadari, aku harus selalu menyiapkan ruang kosong didalam batin, menerima segala kehilangan, kegagalan, kesedihan, karena semua tidak kekal. Â
Perlahan dan pasti akan berubah, tergantikan dengan kebahagiaan. Meskipun demikian, kebahagiaan juga bukan sesuatu yang kekal. Aku menyadari, tidak boleh terlena. Kebahagiaan pun adalah anicca. Ia akan terus kembali berubah. Bagaikan sebuah genggaman. Seerat apa pun pasti akan lelah dan terlepas.
Sampai aku menemukan kembali suatu saat nanti.