Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cetak Biru Sang Buddha Bagi Kehidupan Bermakna

12 April 2023   05:55 Diperbarui: 12 April 2023   05:59 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi umat Buddha, ajaran Buddha adalah panduan untuk menjalani kehidupan yang bermakna. Ajaran Buddha berfokus pada pengembangan batin, pemahaman mendalam tentang diri sendiri, dan sifat realitas yang mengarah pada pembebasan dari penderitaan untuk mencapai kebahagiaan abadi. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri cetak biru Buddha untuk kehidupan yang bermakna dan bagaimana hal tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan modern kita.

Empat Kebenaran Mulia

Ajaran Sang Buddha dimulai dengan Empat Kebenaran Mulia, yang memberikan landasan untuk memahami sifat penderitaan dan cara mengatasinya.

Kebenaran Mulia Pertama mengatakan bahwa penderitaan itu ada. Baik secara fisik maupun non-fisik (perasaan).

Kebenaran Mulia Kedua menyatakan bahwa penderitaan muncul dari nafsu keinginan dan kemelekatan. Kita menderita ketika kita terikat pada hal-hal yang tidak kekal dan dapat berubah.

Kebenaran Mulia Ketiga menyampaikan bahwa ada cara untuk mengatasi penderitaan. Ini adalah jalan pembebasan yang diajarkan Sang Buddha.

Kebenaran Mulia Keempat adalah Jalan Beruas Delapan, yang merupakan jalan praktik yang mengarah pada lenyapnya penderitaan.

Jalan Beruas Delapan

Jalan Beruas Delapan terdiri dari delapan faktor yang saling berhubungan yang mendukung satu sama lain. Saling terkait dalam pengembangan kebijaksanaan, perilaku etis, dan disiplin mental.

Dua faktor pertama adalah kebijaksanaan, yang mencakup pengertian benar dan niat benar. Pemahaman yang benar berarti memahami sifat realitas, termasuk ketidakkekalan dan keterkaitan segala sesuatu. Niat benar berarti menumbuhkan niat untuk tidak menyakiti dan welas asih terhadap diri sendiri dan orang lain.

Tiga faktor berikutnya adalah perilaku etis, yang meliputi ucapan benar, perbuatan benar, dan penghidupan benar.

Ucapan benar berarti berbicara dengan jujur , ramah, menghindari gosip, dan ucapan yang memecah belah. Perbuatan benar berarti bertindak dengan cara yang bermanfaat, tidak merugikan, dan menghindari tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Penghidupan yang benar berarti mencari nafkah dengan cara yang beretika dan tidak merugikan orang lain.

Tiga faktor terakhir adalah disiplin mental, yang mencakup usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.

Usaha benar berarti melakukan usaha yang berkelanjutan untuk mengembangkan kualitas-kualitas bermanfaat dan mengatasi kualitas-kualitas yang tidak bermanfaat. Perhatian benar berarti hadir dan waspada pada momen saat ini, menumbuhkan kesadaran tanpa menghakimi pikiran, perasaan, dan sensasi tubuh seseorang. Konsentrasi benar berarti mengembangkan kemampuan untuk memfokuskan pikiran dan memasuki kondisi meditasi yang lebih dalam.

Empat Kualitas Tak Terukur

Selain Jalan Beruas Delapan, Sang Buddha mengajarkan pengembangan empat kualitas tak terukur: cinta kasih, welas asih, kegembiraan simpatik, dan keseimbangan batin. Kualitas-kualitas ini dikembangkan melalui praktik meditasi.

Cinta kasih adalah keinginan agar semua makhluk berbahagia dan memiliki sebab-sebab kebahagiaan. Welas asih adalah keinginan agar semua makhluk bebas dari penderitaan dan penyebab penderitaan. Kegembiraan simpatik adalah kemampuan untuk bersukacita atas kebahagiaan dan kesuksesan orang lain. Keseimbangan batin adalah kemampuan untuk tetap seimbang dan terpusat dalam menghadapi naik turunnya kehidupan.

Kesimpulan

Ajaran Buddha memberikan cetak biru yang kuat untuk menjalani kehidupan yang bermakna. Dengan memahami sifat penderitaan, mengembangkan Jalan Beruas Delapan, dan empat kualitas tak terukur, kita dapat membebaskan diri kita dari cengkeraman nafsu keinginan, dan kemelekatan, serta hidup dengan kebijaksanaan yang lebih tinggi melalui perilaku etis dan disiplin mental.

Ajaran-ajaran ini masih relevan sampai hari ini sebagaimana 2.500 tahun yang lalu. Dapat berfungsi sebagai panduan bagi siapa pun yang mencari kehidupan yang lebih bermakna dan bertujuan.

Semoga Bermanfaat

**

Makassar, 12 April 2023
Penulis: Enrique Justine Sun, Kompasianer Mettasik

Podcaster | Public Speaker | Author | Dharmaduta | Songwriter

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun