Keluarga kami menyukai masakan khas Manado, khususnya ikan Woku-woku. Sepertinya gulai ikan, tetapi tidak memakai santan, biasanya rasanya lumayan pedas, tapi kami memesannya tidak memakai cabai, supaya anak-anak bisa menikmati juga.
Sementara menunggu makanan, cerita ngalor-ngidul, setiap kali pelayan datang dan menyiapkan perlengkapan, salah satu dari kami mengucapkan "Terima kasih".
Teringat kisah teman, dulu ia bekerja di sebuah hotel di pusat kota Jakarta, ia pernah jadi seorang waiter (pelayan) restoran, pernah jadi captain dan akhirnya menjadi manager restaurant. Ia menceritakan pengalaman yang unik dan rasanya hampir semua pekerja rumah makan mengalami hal yang sama.
Sesaat kemudian, datang lagi pelayan laki-laki melengkapi semua perlengkapan makan yang dibutuhkan, terlihat "Name Tag" yang menempel di bajunya, sebut saja "Endro". Kemudian seperti biasa kami mengucapkan terima kasih saat dia sudah meninggalkan kami, tapi kali ini ada tambahan: "Terima kasih, Endro!"
Spontan saja Endro membalikkan badan dan dengan senyum besarnya dia mengucapkan "Terima kasih kembali". Biasanya dia hanya berlalu. Anak-anak sudah tau pengalaman teman saya, kalau seseorang dipanggil namanya pasti akan senang.
Luar biasa, setelah itu Endro benar-benar melayani dengan penuh kegembiraan dan bersemangat.
Beberapa minggu berikutnya, ketika kami kembali ke restoran tersebut. Kami baru keluar dari mobil, Endro sudah membuka pintu dan menyambut dengan senyum lebarnya "Selamat malam pak, selamat datang!".
Kembali ke kisah teman yang menceritakan kalau jadi waiter (pelayan) paling menyebalkan kalau dipanggil "Waiter-waiter!", atau "Mas-Mas !". Emangnya: "Gua gak punya nama apa?. Nama gua kan ada di sini (sambil menunjukkan dadanya)".
Mengingat kisah ini, mendorong untuk melakukan melakukan uji coba, ternyata hasilnya luar biasa. Uji coba sudah dilakukan di berbagai tempat, seperti rumah makan, tukang parkir, petugas pembersih dan lainnya saya, jika saja tercantum namanya, dengan menyebutkan namanya membuat seseorang tersenyum bahagia, karena merasa dihargai.
Hanya menambahkan sebuah kata, tapi kata terindah bagi seseorang, membuat seseorang lebih dihargai, membuat seseorang menjadi lebih ceria, lebih bahagia. Â Seperti sebuah batu kecil ketika dilempar ke kolam, permukaan air akan bergerak dan terus membesar dan akhirnya menyentuh pelemparnya, kegembiraan itu kembali kepada yang melemparnya.
**
Jakarta, 10 April 2023
Penulis: Jayanto Chua, Kompasianer Mettasik
Programmer | Penulis Buku | Praktisi Meditasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H