Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Pillow Talk #16: Benarkah Hidup adalah Penderitaan?

20 Maret 2023   05:55 Diperbarui: 20 Maret 2023   06:35 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pillow Talk #16: Benarkah Hidup Adalah Penderitaan? (gambar: freepik.com, diolah pribadi)

Ade: "Mami, tadi di sekolah minggu mengatakan  hidup adalah dukkha (penderitaan) dan katanya ini menurut Buddha. Apakah Mami setuju?

Mami: "Setuju. Kata pali dukkha artinya penderitaan, ketidakpuasan, kesedihan, kemalangan dan keputus-asaan."

"Contohnya , semua orang akan melewati empat tahap:

1. Lahir

Kita lahir bukan kemauan kita sendiri, kita tidak bisa memilih untuk lahir di keluarga mana. Kita tidak bisa memilih orang tua yang seperti apa. Disinilah karma  yang bekerja dan menentukan di mana kita akan dilahirkan kelak.

2. Sakit

Semua yang lahir pasti pernah sakit, kan? Terus, pas sakit apakah rasanya enak? Sakit di sini bukan sakit fisik saja tetapi sakit batin juga. Saat Ade membenci seseorang, saat itulah batin Ade sakit. Apakah rasa sakit itu enak? Tentu menderita kan?

3. Tua

Semua makhluk akan menjadi tua dan tidak berdaya. Ibarat bunga yang tadinya mekar, menjadi layu. Apakah menjadi layu itu enak? Itulah alasan mengapa salon dan klinik kecantikan selalu ramai kan?

4. Mati

Apakah kita mengkehendaki kematian kita? Kalau mengkehendaki tentu rumah sakit tidak ramai kan?

Meski ada juga orang yang ingin mati dengan cara membunuh diri. Sebetulnya mereka salah persepsi, mereka berpikir dengan kematian, penderitaan mereka berakhir, tetapi mereka tidak tahu mereka akan pindah alam, dan setelah itu belum tentu mereka akan terlahir di alam manusia, mungkin akan lahir di alam mengerikan."

"Itulah empat tahap yang harus dilewati oleh kita semua yang lahir didunia ini, lahir, sakit,tua dan mati. Kecuali meninggal muda, maka tidak melalui proses menjadi tua."

Kita dipaksa buat lahir ke dunia ini, tetapi kita dipaksa untuk keluar dari dunia ini juga. Dan berputar-putar di dalam samsara ini. Apakah ini penderitaan?"

Ade: "Ya."

Mami: "Mengetahui bahwa hidup adalah dukha, Buddha yang hebat menjabarkan ke kita apa sebab kita menderita? Apakah Ade sudah mengerti penyebab penderitaan?

Ade: "Kita menderita karena terlalu banyak keinginan, kita tidak mau sakit, tidak mau tua, tidak mau mati, dan tidak mau menderita."

Mami: "Di saat ada keinginan disitu ada rasa tidak puas, tidak suka dengan apa adanya. Di sanalah penderitaan di mulai. Semakin tinggi keinginan semakin tinggi juga penderitaan."

"Bukan berarti hidup ini penderitaan maka kita menjadi pesimis, tetapi sebaliknya menyadari hidup ini adalah penderitaan, terus mengetahui sebab-sebabnya,kita jadi lebih bisa menerima kenyataan dan belajar melepaskan keinginan."

"Pada saat sakit, kita menyadari inilah proses kehidupan, lakukanlah penerimaan, bukan menolaknya karena dari tindakan menolak dan tidak puas inilah, penderitaan bertambah."

"Demikian juga saat menjadi tua, lakukanlah penerimaan, kalau ini adalah proses yang wajar. Meski merawat diri itu wajib, tetapi tidak perlu sampai berlebihan."

"Dengan melepas keinginan, ikhlas dan sadar penderitaan adalah proses yang wajar, jiwa kita menjadi lebih tenang dan lebih bisa menerima kenyataan."

"Sebetulnya penderitaan ini ada gunanya juga. Tanpa penderitaan, kita tidak pernah mengerti apa itu kebahagiaan. Bukankah tanpa yang negatif, kita tidak tahu apa yg namanya positif? Tanpa orang jelek, kita tidak tahu yang namanya cantik kan?"

"Buddha mengajarkan kita untuk menyadari penderitaan, sebab penderitaan, cara melenyapkan penderitaan, bahkan Buddha memberikan resepnya untuk melenyapkan penderitaan dengan menjalankan sila, samadhi, dan panna."

"Nah! Sang Buddha sudah memberikan resepnya, kita tinggal mengikutinya. Mudahkan?"

"Perbanyak kebajikan, bertekad menjalankan sila, kurangi keburukan dan ingatlah selalu hukum karma. Apa yang Anda perbuat itulah yang akan Anda tuai."

"Apakah Ade mengerti?"

Ade: "Zzzzz..."

**

Jakarta, 20 Maret 2023
Penulis: Lisa Tunas, Kompasianer Mettasik

A Loving Mom Who Learns Writing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun