Seringkali media berita menayangkan pelaku kejahatan yang tertuduh atas apa yang telah dilakukan dalam aksi kejahatannya. Lalu, si pelaku akan disidang dengan segala hal yang memberatkan dirinya di persidangan.
Beberapa pelaku dalam cuplikan berita menunjukkan air muka yang datar, penuh penyesalan, takut, dan gelisah. Mereka dituntun masuk ke persidangan sambil tertunduk dan hampa dari harapan.
Jika saja mereka bisa menghentikan waktu kemudian kembali ke masa lalu, pastinya mereka tidak akan melakukan perbuatan buruk yang mengakibatkan dirinya terseret ke persidangan.
Itulah penyesalan, selalu datangnya belakangan. Seandainya mereka mengerti bahwasanya keburukan yang dilakukan akan mendapatkan ganjaran, maka hal tersebut tidak akan dilakukan.
Untuk itulah sebagai manusia yang bisa berpikir jauh ke depan, pastinya tidak akan menjerumuskan dirinya dalam perbuatan buruk yang pada akhirnya membawa penderitaan bagi diri sendiri.
Syahdan perbuatan buruk bisa menyebabkan dirinya dijauhi oleh masyarakat, bahkan oleh teman dan keluarganya. Pun bisa berurusan dengan aparat negara sampai dijatuhi berbagai macam hukuman.
Hukuman yang diterima akan membuatnya merasa takut dan penuh penyesalan. Apalagi ketika hidupnya mendekati ajal, ada ketakutan besar jika kelak masuk neraka.
Maka dari itu takut untuk berbuat jahat, takut akan akibat berbuat jahat menjadi suatu kualitas batin yang harus dimiliki oleh setiap manusia.
Karena dengan memiliki rasa enggan atau takut berbuat jahat, seorang akan menghindari perbuatan buruk melalui ucapan, jasmani, dan pikiran.
Inilah suatu kualitas yang melindungi dunia dari perbuatan yang merugikan pihak lain dan diri sendiri.