Pada sebuah planet bernama Fabeland, di mana para binatang bisa berbicara dan bertingkah laku seperti manusia, tersebutlah seekor luwak yang sedang jogging sembari menikmati matahari dan suasana pagi. Sedang asyik-asyiknya jogging, tiba-tiba dia melihat seikat anggur menggiurkan yang bergelantungan manja di pohonnya, di mana buah itu sendiri menggelayut di sebatang pohon besar sebagai inangnya.
Melihat pemandangan menggoda seperti itu, terbitlah air liur si luwak dan dia pun lupa pada resolusi tahun baru kemarin, bahwa pada tahun ini dia bertekad akan menjalankan diet dengan disiplin agar perutnya yang gendut bisa dibikin sic pack kayak perut Ade Rai.
Tanpa menunggu "2x24 jam tamu harap lapor" lagi, si luwak bergegas mendekat ke pohon anggur itu. Dia mendongak ke atas dan memperkirakan kalau dia mampu melompat setinggi-tingginya, dia yakin bisa menjambret anggur seksi itu. Dia pun berancang-ancang dan mengumpulkan segenap energi untuk melompat. Hap! Sayangnya, gagal, si luwak bukan Michael Jordan yang konon bisa "terbang" dengan lompatannya.
Dia coba melompat sekali lagi. Masih gagal!
Dia coba lagi supaya pas jadi 3x sehari seperti aturan minum obat. Tetap gagal!
Napasnya mulai ngos-ngosan. Tidak mudah melompat tinggi-tinggi dengan beban perut gendut seperti perutnya.
Si Luwak mengedarkan pandangan ke sekeliling untuk mencari galah, nah itu ada satu. Diambilnya galah itu dan segera disodoknya si anggur. Alamak! Bukan si anggur yang jatuh, tapi si galah yang malah patah.
Busyet, dah! Keluhnya dalam hati. Tapi aku PASTI BISA! Dia ingat kata-kata motivasi yang dia dengar dari motivator nomor 123 se planet Fabeland.
Dicarinya batu sekepalan tangan, lalu ditimpuknya anggur itu. Meleset! Sekali lagi, meleset! Sekali lagi, meleset! Si Luwak benar-benar kesal sekarang. Dengan mendengus keras, dia balik badan dan mulai mengutuki anggur itu.
"Anggur jelek! Anggur masam! Pasti masam, nggak mungkin manis itu! Untung aku tadi tidak berhasil menciduknya! Dasar anggur sialan!"
Huh!
Sementara si luwak berlalu sambil mengata-ngatai si anggur, nun jauh di jarak sejuta tahun cahaya  senter dari plamet Fabeland, terdapat sebuah planet biru bernama Bumi. Di planset Bumi ini para binatang bertingkah laku seperti binatang, dan para manusia bertingkah laku seperti manusia, tapi kadang-kadang ada juga yang meniru polah binatang.
Di sebuah pertandingan tarik tambang antara tim SMA 1 vs tim SMA 2, partai puncak sedang berlangsung untuk memperebutkan sebuah piala emas dan uang senilai 100 juta. Setelah sejumlah energi dikuras untuk mengalahkan lawannya, akhirnya tim SMA 3 keluar sebagai juara.
Pembaca: Eh, penulis ngaco ini! Yang bertanding SMA 1 vs SMA 2, kok yang juara malah SMA 3?
Penulis: Suka-suka gue, dong! Kan yang bikin tulisan ini gue, bukan ente-ente....
Pembaca: Oooo,,,gitu? Baik, kami akan boikot semua tulisan Anda! Anda sudah menghina logika dan kecerdasan kami sebagai pembaca!
Penulis: Aduh, serius amat, sih! Ya udah, deh...daripada diboikot, saya edit ya. Maaf, ya!
Jadi, akhirnya tim SMA 2 yang keluar sebagai juara.
Tim SMA 1 yang kecewa karena harapan tak kesampaian, cita-cita dan angan-angan mengangkat piala emas dan memperoleh uang 100 juta musnah gara-gara lawan tidak bersedia mengalah (eh!), mulai mengeluh panjang pendek disertai cemoohan.
"Alaaa..... itu piala kayak gitu bisa dibeli di toko loak, jelek gitu!"
"Duit 100 juta? Gue tinggal minta ke BoNyok langsung dapat tuh, nggak pake lama dan ribet!"
"Mereka bisa sekuat itu, ya? Pakai obat apa pakai dukun, sih? Parah, di mana semangat fairplay?"
**
Bali, 25 Februari 2023
Penulis: Chuang Bali, Kompasianer Mettasik
Orang Biasa yang Bercita-cita Luar Biasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H