Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Dukkha, Meraih Kebahagiaan

20 Februari 2023   05:55 Diperbarui: 20 Februari 2023   06:39 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Dukkha, Meraih Kebahagiaan (gambar: personalexcellence.co, diolah pribadi)

Kekuatan Kesadaran menjadi peranan penting dalam memahami sebagaimana adanya Dukkha. Benarkah seperti itu? Kualitas batin adalah salah satu faktor penting dalam memahami inti dari ajaran Sang Buddha.

Kalau dikaji lebih dalam lagi, banyak hal yang harusnya mau diterima atau tidak, tetap saja hal itu terjadi dan sudah seperti itu kondisinya. Bisa kita lihat dalam kehidupan ini; Ada yang berwajah kurang cantik dan kehidupan sederhana, tetapi bahagia. Ada yang berwajah cantik dengan kekayaan berlimpah, dan bahagia pula. Ada yang kurang ekonomi, tapi hidupnya sangat Bahagia. Dan ada yang cantik dan kekayaan berlimpah tapi tidak bahagia, dan lain-lain.

Banyak sekali hal tidak terduga yang ditemukan dalam kehidupan ini. Namun sesungguhnya, kita harusnya memaknai bahwa apa yang kita jalani dalam kehidupan ini ada kaitannya dengan apa yang kita lakukan saat ini dan sesuatu yang kita jalankan dari kehidupan yang lalu.

Dalam Abhinhapaccavekkhana Patha (Kalimat perenungan kerap kali)

"Aku adalah pemilik perbuatanku sendiri. Terwarisi oleh perbuatanku sendiri. Lahir dari perbuatanku sendiri. Berkerabat dengan perbuatanku sendiri. Bergantung pada perbuatanku sendiri. Perbuatan apa pun yang akan kulakukan, Baik atau pun buruk; Perbuatan itulah yang akan kuwarisi."

Demikian seharusnya setiap saat kita renungkan.

Ketika kita memaknai bahwa kehidupan kita sekarang ada hubungannya dengan masa lalu, maka kita tidak akan iri atau merasa cemburu dengan orang lain yang berhasil dan sukses dalam kehidupannya. Karena apa pun yang dilakukan dan kondisi yang diterima seseorang itu adalah hasil dari perbuatannya sendiri.

Jika ada yang membuat kita kecewa atau marah, itu adalah kondisi batin dari luar. Jika kita menanggapinya dan membuat respon yang baru, itu sama dengan membuat karma baru yang berhubungan dengan kejadian itu. Jadi Ketika kita merespon apapun yang terjadi itu adalah perbuatan kita yang baru.

Terkadang sesuatu terjadi pada diri kita yang tidak dikehendaki dan mengganggu pikiran, itu terjadi karena kita tidak bisa menerima perubahan. Meskipun kita tahu bahwasanya pada dasarnya semua kehidupan ini mengalami perubahan.

Ketika seseorang tidak bisa dan belum bisa mengatasi perubahan maka disitulah Dukkha (Penderitaan) muncul. Misalnya, Ada orang yang marah kepada kita. Ketika kita cepat menyadari bahwa kemarahan adalah efek dari perubahan, dan bahwa ketidakmarahan akan dengan cepat menggantikan, maka sesungguhnya kita telah melihat bahwa marah hanyalah sebuah proses batin.

Seseorang yang memahami apapun yang terjadi setiap saat dan terus berusaha menyadari bahwa pada hakekatnya semua peristiwa adalah tidak kekal, maka penderitaan tidak akan menjadi bagian dari dirinya.

Dalam hal ini seseorang harus benar-benar memahami kejadian yang penting dan mengelolah batinnya sendiri. Daripada melihat di luar dari diri kita dan membiarkan banyak energi terbuang percuma, lebih bagus jika kita bisa melihat ke dalam diri.

Kebahagiaan itu ada dalam diri kita sendiri, jika kita mengharapkan dari luar maka kita akan kecewa dan tidak akan menemukannya. Intinya ketika kesadaran kita kuat maka apa pun yang terjadi, kita dapat memahami dan meresponnya. Dengan demikian maka kebahagiaan akan menjadi milik kita.

Tugas diri kita adalah terus latihan agar lebih bahagia dalam kehidupan ini, sepertinya rugi jika kita tidak mendapatkan kebahagiaan dalam hidup ini. Semua orang punya hak untuk bahagia.

Intinya, kita harus bersyukur dalam kondisi apa pun. Dengan bersyukur membuat kita bisa mejalani hidup dengan lebih baik dan lebih memahami kehidupan.

Masalah pasti ada, tapi bagaimana kita mesespon masalah itu yang paling penting. Jadi, kalau orang bilang tidak ada masalah itu mungkin keliru.

Merespon masalah yang kurang baik dan mengubahnya menjadi baik itu yang membuat hidup lebih bahagia.

Jadi, intinya kita yang memegang peranan penting dalam kebahagiaan kita, bukan orang lain. Bukan suami, bukan anak, bukan siapa pun, tetapi dir kitalah yang membuat kita berbahagia.

Memahami, menerima dan merespon masalah yang menjadi nilai penting dalam perkembangan batin seseorang.

Seperti tertulis dalam Dhammapada 201.

"Kemenangan menimbulkan kebencian dan yang kalah hidup dalam penderitaan. Setelah dapat melepaskan diri dari kemenangan dan kekalahan, orang yang penuh damai akan hidup bahagia."

Semoga Semua Makhluk Berbahagia.

**

Jakarta, 20 Februari 2023
Penulis: Yuliana, Kompasianer Mettasik

Entreprenueur | Dharmaduta | Author

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun