Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semangat, Sudahkah Tanpa Keraguan?

18 Januari 2023   05:55 Diperbarui: 18 Januari 2023   05:58 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agama secara umum membangkitkan semangat umat manusia karena agama memberikan harapan bahwa hidup tidak sekedar soal kesuksesan. Agama memberikan harapan itu dengan memusatkan pemikiran, usaha dan keyakinan pada kebahagiaan; bahwa orang tidak mesti sukses untuk berbahagia.

Jalan untuk meraih kebahagiaan menurut agama pun sangat sederhana -- berbuat baik. Berbuat baik tidak butuh kekayaan. Berbuat baik tidak butuh kemahsyuran. Berbuat baik tidak butuh kecerdasan. Berbuat baik tidak butuh kekuatan. Berbuat baik hanya butuh niat.

Karenanya kemanapun kita berpaling, hampir semua orang sangat bersemangat berbuat baik.

Sungguh !

Kalau kita jujur, di dunia ini lebih banyak orang berbuat baik daripada melakukan kejahatan. Apakah tetangga satu kompleks anda perampok semua? Apakah tetangga satu gedung apartemen anda gembong narkoba semua? Apakah orang-orang yang anda temui di jalan semuanya penipu? Teman kantor? Teman sekolah?

Semua orang begitu bersemangat berbuat baik dengan kapasitasnya masing-masing. Karyawan menyisihkan waktunya disamping jam kerjanya yang praktis seharian. Pedagang meluangkan waktu disamping usahanya mencari nafkah. Perumah tangga mengabdikan waktunya disela-sela mengurus rumah dan melayani keluarga. Berdana, bakti sosial, melakukan ritual-ritual dan mencurahkan waktu dan tenaga melakukan hal-hal selain rutinitas demi harapan mendapatkan kebahagiaan.

Jadi sudahkah kita berbahagia?

Sudahkah anda berbahagia?

Sedikit sekali yang bisa dengan yakin mendeklarasikan -- Saya bahagia. Karena jauh dilubuk hati kita sadari dan akui bahwa semangat kita melakukan kebajikan hanya di sela-sela kehidupan. Jauh di lubuk hati kita sadari dan akui kita tidak sepenuhnya meyakini, kesuksesan, dan kekayaan bukan syarat kebahagiaan. Kita tidak sepenuhnya yakin pada kebajikan.

Semangat tanpa keyakinan (adhitana) menurut Bhante Pannavaro seperti mobil yang tidak pernah dinyalakan mesinnya* - Jalan ditempat. Keyakinan yang didasari pandangan benar (samma dithi) adalah awal segalanya karena keyakinan adalah akhir keragu-raguan.

Dhamma ajaran Sang Buddha bukanlah sekedar pengetahuan untuk diketahui tapi panduan menjalani hidup. Petunjuk yang dibabarkan tidak sekedar untuk diyakini tapi dijadikan dasar mengubah perilaku demi tergapainya harapan -- berakhirnya penderitaan. Karenanya dhamma tidak seharusnya hanya diamalkan di luar jam kerja, di akhir pekan atau di sela-sela rutinitas. Kebajikan berlaku setiap saat, pada semua orang dan dalam segala kondisi.

Itulah sumber semangat hidup.

Sebagai karyawan kita berbuat kebajikan ketika mendukung atasan, membantu sesama rekan kerja dan melayani pelanggan. Sebagai pedagang kita berbuat kebajikan ketika kita adil dalam setiap transaksi, menjaga kualitas produk, dan atau layanan, serta menjaga kepuasan pelanggan. Sebagai perumah tangga kita berbuat kebajikan ketika kita mendukung sanak keluarga, merawat rumah beserta isinya dengan baik. Dan tentu saja segala puja bakti, kegiatan sosial dan dana yang kita lepaskan akan menggenapi semangat berbuat kebajikan dengan keikhlasan tanpa pamrih (Caga).

Dengan daya upaya (samma vayama) yg dilandasi semangat (virya) yang langgeng, yakinlah kebahagiaan yang diharapkan akan tergapai seiring dengan berkurangnya penderitaan.

Semoga celotehan tertulis saya ini menumbuhkan semangat yang sempat kendor, mengembalikan kepercayaan diri yang kadung melorot atau menginspirasi tujuan hidup yang sarat dengan pilihan duniawi ini...

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata
Semoga semua Mahluk Berbahagia.

*Adhitthana (Tekad) Oleh Ven YM. Bhante Sri. Pannavaro Mahathera. | Tisarana.Net

Penafian:

Opini dalam artikel ini meski terinspirasi ajaran Agama Buddha mahzab Theravada adalah murni buah pikir pengarang sendiri yang tidak mewakili organisasi, mahzab atau ajaran manapun.

**

Jakarta, 18 Januari 2023
Penulis: Paul Bhinneka, Kompasianer Mettasik

Pemerhati Dhamma 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun