Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Viriya dan Sepeda Mini

16 Januari 2023   05:55 Diperbarui: 16 Januari 2023   06:17 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika dagangan habis, asisten rumah tangga merapikan dan membersihkan restoran, karena ruangan ini jika malam hari dijadikan tempat belajar aku dan dua kakakku yang masih bersekolah, sedangkan dua kakakku yang lain sudah hidup merantau di Jakarta. Mereka bekerja sambil kuliah.

Selesai beres-beres biasanya mama menghitung uang hasil penjualan dan selalu mengijinkan aku untuk membantu menghitungnya. Wah, aku benar-benar senang bisa merapikan uang sesuai dengan nilai mata uangnya. Mama memang wanita luar biasa, dari kerja keras inilah mama dapat menyekolahkan semua anak-anaknya. Bahkan aku dapat bersekolah di sekolah favorit dikotaku.

Aku sebenarnya ingin sekali memiliki sepeda seperti teman-temanku yang lain. Tapi tidak berani minta dibelikan karena keadaan kami. Mama hanya pedagang gado-gado ulek, dan papa seorang supir angkutan umum yang kadang-kadang menjadi supir pribadi jika ada orang yang membutuhkannya.

Ketika aku tinggal di Pecinan, rumahku sangat dekat dengan sekolah. Jadi aku cukup berjalan kaki saja dan tidak perlu berangkat terlalu pagi ke sekolah. Tetapi sejak pindah rumah, jarak antar rumah ke  sekolah menjadi cukup jauh, jadi selain uang saku mama juga memberiku uang untuk naik angkutan umum atau becak.

Karena aku sangat ingin memiliki sepeda, diam-diam setiap hari aku pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, sehingga uang untuk naik angkutan umum bisa aku tabung. Sebagai gantinya aku harus bangun lebih pagi dari biasanya, karena perjalanan dari rumah ke sekolah membutuh waktu 1 jam. Jadi jam 6 aku sdh harus berangkat, sehingga bisa tiba di sekolah jam 7 pagi.

Suatu hari aku memberanikan diri bilang pada mama "Ma, Viriya ingin sekali punya sepeda mini seperti teman-teman". Sambil tersenyum mama berkata, "Mama tidak punya uang cukup untuk membeli sepeda, tapi kalau Viriya rajin menabung pasti suatu saat uang tabungannya cukup untuk membeli sepeda". "

Bagaimana caranya ma?" Kataku dengan rasa ingin tahu. 

"Selama ini Viriya sudah rajin menabung dari uang saku yang selalu Viriya sisihkan sebagian bahkan selama ini Viriya juga berjalan kaki ke sekolah agar uang untuk naik angkutan bisa Viriya tabung", Aku menjelaskan dengan bangga pada mama apa yang sudah aku lakukan selama ini.

"Tapi sampai sekarang uangnya belum cukup juga untuk membeli sepeda mini", kataku lagi dengan mata berkaca-kaca.

Aku melihat air mata mama yang hampir jatuh ke pipinya, tapi kemudian mama menarik napas panjang dan wajahnya tiba-tiba berubah penuh semangat. Kemudian mama memanggil kakakku ke-tiga dan ke-empat. Lalu, mama berkata dengan antusias "kalian mau ngga punya usaha sendiri?".

"Usaha sendiri? Usaha apa? Dari mana modalnya? Bagaimana menjalankan usahanya, sedangkan kami masih sekolah", kataku keheranan sambil memberondong pertanyaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun