Waktu terus berjalan dan sekitar satu jam mengantre, kami akhirnya melewati petugas imigrasi bersama-sama dengan baik. Lalu kami mengantre kembali di bagian security screening yang tidak kalah mengularnya dibanding bagian imigrasi. Nah, di sinilah mulai terjadi kondisi yang tidak diharapkan semua orang, karena terlalu lama dan takut ketinggalan pesawat, mulai banyak warga lokal India yang memotong antrean.
Untuk mereka yang ketinggalan pesawat, tentunya semua orang sangat memakluminya, walaupun tidak dapat dipungkiri batin ini mulai beriak seperti air laut tertiup angin. Apalagi saat ada warga lokal yang memanfaatkan situasi dan kondisi dengan ikut memotong barisan.
Hhhhh....
Kekesalan mulai mencoba mencelat dari pikiran ke ucapan, tapi untungnya pemahaman kesadaran saat ini menahan dosa yang mau keluar. Saya kembali menata kesabaran dan untungnya praktik Dharmayatra selama 10 hari di tanah suci India dan Nepal sangat membantu. Teman-teman bilang bahwa kita beruntung dapat praktik kesabaran tingkat Dewa.
Setelah dua jam mengantre, kelompok kami bersama-sama akhirnya dapat keluar dengan selamat dan dapat beristirahat dengan cukup nyaman di kursi tunggu Gate tempat Take Off pesawat.
Sambil menunggu kelompok dua dan tiga, kami dapat beristirahat dan makan malam yang tertunda dengan cukup nyaman. Selesai makan, kami pun mulai berbincang mengapa kelompok kedua belum tiba padahal sudah lewat satu jam setelah kami.
Setelah lima menit berlalu, mulai datang tiga orang anggota kelompok dua di tempat kami menunggu. Mereka bercerita bahwa suasana antrean sangat kacau, karena banyak warga lokal yang memotong antrean sehingga kelompok dua terpisah-pisah dari 16 orang yang berbaris terpecah menjadi empat atau lima kelompok kecil lagi.
Kelompok tiga lebih parah lagi karena waktu tinggal 10 menit sebelum take off, mereka baru bisa keluar dari antrean. Boro-boro mau makan, untuk sampai ke gate saja mereka harus berlari-lari dengan membawa tas jinjing dan makan malam mereka.
Saya membesarkan hati teman-teman Dharmayatra Tour 2022 Banten yang hampir sebagian besar sudah sepuh, bahwa ini adalah praktik kesabaran tingkat Dewa. Jangan melekat kepada kondisi yang tidak menyenangkan dan kondisikan hati gembira karena sudah dapat melaksanakan pesan Sang Buddha dalam Mahaparinibbana Sutta untuk mengunjungi empat tempat untuk berziarah. Sehingga mereka pun kembali berbahagia, apalagi akan berkumpul kembali dengan keluarga yang menunggu di tanah air tercinta Indonesia.
Dari kondisi yang terjadi di Bandara Delhi, kami menilai bahwa antrean panjang dan ketidakteraturan yang terjadi karena beberapa hal berikut:
- Jumlah passenger yang sangat banyak (karena libur musim dingin dan ada even Internasional yaitu ITCC 2022);
- Counter dan petugas imigrasi yang tidak sebanding dengan jumlah penumpang;
- Kurangnya scanner di bagian security screening;
- Proses screening sangat lambat sehingga menimbulkan antrean panjang;
- Body screening masih dilakukan secara manual oleh petugas dengan jumlah yang tidak sebanding dengan passenger sehingga memperlambat proses;
- Tidak ada pemisahan antara orang asing dengan orang lokal saat pemeriksaan imigrasi.
Mudah-mudahan artikel ini dapat memberikan masukan kepada Pemerintah India yang nantinya akan menjadi tuan rumah G-20 tahun 2023 setelah Indonesia.