Dalam hidup ini kita sering membaca, mendengar, dan melihat berita tentang para pelaku kriminal dengan aksi kejahatan.
Beberapa menipu keluarga, teman, rekan kerja, tetangga, dan negara. Penipuan menjadi suatu kebiasaan yang telah berakar kuat di benak pikiran.
Kebiasaan tersebut tanpa disadari berubah menjadi suatu budaya. Budaya yang tidak baik. Kalau sudah berbicara tentang budaya berarti harus dilestarikan dan dibudidayakan.
Inilah yang menjadi suatu keterpurukan perilaku dari seorang yang tanpa memiliki rasa malu untuk berbuat sesuatu yang melanggar aturan dan merugikan diri sendiri dan pihak lain.
Tidak hanya budaya menipu, budaya atau perbuatan membunuh, mencuri, asusila, berkata bohong atau tidak benar, dan bermabuk-mabukan juga bisa dilakukan tanpa rasa malu.
Tanpa rasa malu mereka melakukan hal yang buruk di tengah keramaian dan pada siang hari. Tanpa rasa malu, apa saja yang buruk dapat dilakukan oleh mereka.
Tanpa ragu mereka berbuat buruk di mana saja. Terkadang sering juga dilakukan pada saat matahari terbenam dan tanpa ada yang melihat.
Mungkin saja mereka akan berpikir bahwa perbuatan buruk itu sah saja dilakukan asal tidak ada yang melihat, mendengar, dan mengetahuinya.
Namun mereka tidak mengetahui bahwa perbuatan buruk atau salah tersebut dilakukan oleh diri sendiri. Diri sendiri menjadi saksi satu-satunya yang menyaksikan perbuatan tersebut.
Apakah terpikir oleh kita semua bahwa semua perbuatan buruk itu dilakukan oleh diri sendiri, bukan orang lain. Walaupun tanpa ada yang melihat, mendengar, dan mengetahui, diri sendiri lah yang terutama mengetahuinya.
Jadi bagaimana kalau rasa malu dalam berbuat buruk jahat itu muncul pada diri sendiri?
Malu kan kalau perbuatan buruk itu dilihat, didengar, dan diketahui oleh diri sendiri. Ya karena memang diri sendirilah yang melalukan perbuatan buruk.
Di sinilah seharusnya apa itu rasa malu yang baik, rasa malu ketika berbuat buruk. Malu pada diri sendiri, keluarga, teman, lingkungan, komunitas, dan negara.
Rasa malu menjadi salah satu pelindung dunia. Hal tersebut dikatakan karena jikalau setiap orang memiliki rasa malu tersebut maka tidak akan ada yang melakukan perbuatan buruk yang berakibat pada kerugian yang didera oleh diri sendiri dan pihak lainnya.
Selain itu perbuatan buruk tanpa rasa malu bisa menodai nama baik sendiri, keluarga, komunitas, lingkungan, dan negara.
Sekarang kita sudah tahu betapa pentingnya rasa malu untuk berbuat salah, buruk, tidak baik, atau jahat.
Mari miliki rasa malu berbuat tidak baik, dengan demikian niscaya kita lebih bisa mengekang diri untuk mencegah terjadinya perbuatan buruk yang dilakukan oleh diri sendiri atau dengan menyuruh orang lain.
Dengan rasa malu tersebut juga bisa membuat kita lebih mampu menjaga moralitas. Sehingga rasa malu tersebut bisa bermanfaat sebagai hiasan pada diri masing-masing.
**
Renungan di awal tahun 2023.
California, 01 Januari 2023.
Penulis: Willi Andy untuk Kompasianer Mettasik.
Hidup dengan Penuh Cinta dan Kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H