Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Aksi Perikekucingan di Hari Pahlawan

26 Desember 2022   05:55 Diperbarui: 26 Desember 2022   05:58 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Medan, 10 November 2022

Siang hari itu di Hari Pahlawan, sekitar pukul 12.40 WIB saat saya melangkah keluar dari dalam Gedung dan berdiri di depan pintu, saya melihat seorang murid perempuan qualifa house bersama 2 (dua) orang guru qualifa house berada di samping tempat bak sampah tempat penampungan sampah milik Seulawah Kupi yang berlokasi di Kompleks Medan Metropolitan Trade Centre (MMTC).

Karena penasaran saya pun berjalan melangkah mendekati ke arah mereka dan terlihatlah oleh saya dengan jelas ada 1 (satu) ekor anak kucing di dalam kardus yang berada di atas penutup bak sampah dan 1 (satu) ekor lagi sedang digendong di dada sang murid. Terlihat olehku juga di dalam kardus itu ada tiga helai pakaian yang digunakan sebagai alas di dalam kardus untuk para anak kucing yang diperkirakan sudah berusia satu minggu.

Gambar Dokpri
Gambar Dokpri

Sementara salah seorang guru kulihat hilir mudik dengan mata jelalatan mencari-cari sesuatu melalui sela-sela penutup parit yang berada di samping bak sampah.

"Apa yang dicari di dalam parit, Bu Debora?", tanya saya kepada guru yang bernama Debora Yulianti Simanjuntak yang matanya sedang jelalatan mencari-cari sesuatu di dalam parit.

Diduga karena fokus mencari sesuatu di dalam parit, Ibu Debora mungkin tidak mendengar pertanyaan saya sehingga tidak menjawab. Mengetahui hal ini, Ibu Sartika Dewi Hutabarat menanggapi pertanyaan saya.

"Kami mencari satu ekor anak kucing yang masuk ke dalam parit, Pak."

"Oh, berarti anak kucingnya ada tiga ekor, ya."

"Iya, Pak Alfian. Semua ada tiga ekor dan seekor anak kucing sedang dicari juga oleh induknya," tutur Gytha Febryanty menjelaskan sembari masih menggendong si anak kucing di dada sambil membelai dengan lembut dan perlahan kepala si anak kucing mungil dengan tangan kanannya.

"Dari mana datangnya kucing-kucing ini, Gytha?" tanya saya karena penasaran ingin tahu.

Gytha Febryanty pun meletakkan anak kucing ke dalam kardus dan kemudian menceritakan apa yang dilihat dan diketahuinya kepada saya.

Gytha menuturkan bahwa dia melihat ada sebuah sepeda motor yang ditunggangi dua orang berhenti di sisi bak sampah milik Seulawah Kupi. Kemudian melemparkan kardus yang dibawanya ke atas penutup bak sampah dan kedua orang tersebut pun segera melaju dengan sepeda motor meninggalkan tempat bak sampah. Gytha tidak melihat dengan jelas siapa kedua orang tersebut karena kejadiannya berlangsung demikian cepat.

Namun mata Gytha teralih perhatiannya ke kardus dimana dari dalam kardus muncul 2 (dua) ekor anak kucing beserta induk kucing yang mengeong-ngeong untuk keluar dari dalam kardus. Gytha pun memanggil dan memberitahu kepada dua orang guru yakni Ibu Debora dan Ibu Sartika tentang apa yang telah dilihatnya dan mereka bertiga melangkah mendekati kardus tersebut.

Saat berjalan mendekati, satu ekor anak kucing berhasil keluar dari kardus namun terjerembab jatuh dari penutup bak sampah dan terjun masuk ke dalam parit melalui sela-sela penutup parit. Segera sang induk kucing melompat keluar dari kardus dan berusaha mencoba masuk ke dalam parit melalui sela-sela penutup parit untuk menolong anaknya.

Setelah berkali-kali berusaha melalui beberapa sela parit, akhirnya induk kucing pun berhasil masuk ke dalam parit yang cukup dalam untuk mencari anaknya melalui sela parit yang agak lebar. Setelah ditunggu-tunggu hampir satu jam lamanya, kami pun tidak mendengar suara meong induk dan anak kucing sama sekali.

Bahkan fisik induk kucing pun tidak tampak lagi. Mungkin sang induk telah menemukan anaknya dan membawanya ke tempat lain untuk mencari lubang keluar dari dalam parit. Namun yang pasti karena vedana dan metta atau cinta kasih, kedua anak kucing atas persetujuan kedua guru diangkut bersama kardus oleh Gytha ke tempat qualifa house untuk diberi makan.

Begitulah pengorbanan dan metta yang luar biasa sang induk kucing kepada anaknya, demikian juga Gytha dan kedua guru qualifa house yang mempraktikkan perilaku Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta (semoga semua makhluk, hidup berbahagia) dengan nyata. Induk kucing telah memperlihatkan sikap perikekucingan kepada kami, Homo sapiens alias manusia bijaksana, yakni berbuat untuk menolong yang lemah walau akhirnya kami tidak mengetahui dimana keberadaan induk kucing yang mencari anaknya yang terjerumus ke dalam parit. Semoga mereka bisa selamat dan hidup berbahagia.

* * * 

Apakah kita ini benar-benar Homo sapiens atau manusia yang bijaksana dalam mengarungi samudera kehidupan di dunia fana ini dengan menerapkan Sabbe Sattha Bhavantu Sukkhitatta?

Bagaimana penilaian Anda terhadap kedua manusia si pembuang kardus yang berisi tiga ekor anak kucing beserta induk kucing tersebut? Adakah sifat cinta kasih mereka kepada semua makhluk hidup seperti dalam kalimat semoga semua makhluk, hidup berbahagia?

Bukankah semua makhluk hidup itu ciptaan Yang Maha Pengasih? Mengapa ada manusia yang memiliki manno atau pikiran yang cerdas, namun tidak mempunyai perikekucingan kepada anak dan induk kucing? Atau secara gamblang, tidak memiliki perikebinatangan atau perikehewanan jika kata perikebinatangan terkesan terallu kasar. Bahkan untuk perikemanusiaan pun manusia bisa mengabaikannya demi mengutamakan Hak Asasi Manusia (HAM) daripada KAM (Kewajiban Asasi Manusia).

Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Yang Maha Pencipta karena akhirnya ada seorang guru qualifa house bersedia mengambil dan membawa pulang kedua ekor anak kucing yang malang tersebut untuk dipelihara. Ini sungguh sebuah aksi kepahlawanan yang mulia dan tulus di Hari Pahlawan hari ini, Kamis tanggal 10 November 2022 sekaligus menerapkan KAM dalam bentuk perikebinatangan yang murni sesuai dengan Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta.

Semoga Yang Mahakuasa memberkati para guru dan murid qualifa house dengan kesehatan, kebahagiaan, umur panjang, dan kelimpahan rezeki yang telah memberikan contoh suriteladan yang patut digugu dan ditiru. Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta (semoga semua makhluk, hidup berbahagia).

**

Medan, 26 Desember 2022
Penulis: Alfian Salim, Kompasianer Mettasik

Mulailah Sekarang, Gunakan Apa Adanya, Kerja Semampunya

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun