Sayangnya kesempatan seperti itu jarang-jarang terjadi. Sebabnya memiliki tambatan hati memang seharusnya hanya satu. Kata orang cinta tidak bisa berbagi. Eh... Siapa bilang.
Si Jomlo Chuang yang memilih single abadi akan berkata, "lha... cintaku untuk dibagi-bagi kok."
Dan kamu, kamu, dan kamu tidak perlu menjadi jomlo untuk berbagi cinta. Adalah naif jika berkata bahwa cinta punya takaran. Cobalah menjawab, sayang mana, ibu atau istrimu? Sebaiknya Anda berkata sama, jika tidak mau terjebak di antara dualisme penderitaan.
Oke, itu contoh saja...
Cinta memang memiliki kekuatannya, dan itu di luar batas kepemilikan. Dalam Karaniyametta Sutta, disebutkan jika kasih sayang sejati bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan nyawanya demi melindungi anaknya yang tunggal.
Baik, andaikan itu terlalu berlebihan di dalam sutta itu juga terdapat kalimat, "jangan karena benci dan marah, mengharapkan orang lain celaka..."
Jadi, bayangkanlah perumpamaan tersebut. Dan seharusnya metta memang demikian, melampaui batas semesta tanpa sekat. Ke atas, ke bawah, ke sekeliling. Kepada keluarga, orang yang kita temui, makhluk lain di luar pantauan, hingga ke benda-benda di sekeliling kita.
Menurut saya, kutipan dari Karaniyametta Sutta mengajarkan kita untuk berperilaku welas asih, penuh cinta kasih, dan tentunya tampa pamrih.
Apakah kita memiliki kekuatan itu? Apakah kita bisa melakukannya?
Bisa dong, hanya perlu dilatih saja agar senantiasa terampil. Tapi jikalau Anda masih meragu, cobalah lakukan hal sederhana ini;
Ucapkan "Semoga diri saya berbahagia, semoga seluruh makhluk berbahagia..." ucapkan dengan penuh keseriusan, rasakan, dan lepaskan... Sebagaimana diriku barusan.