Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Aduh, Tertipu Lagi, Kapan Karma Burukku Habis?

9 Desember 2022   04:51 Diperbarui: 9 Desember 2022   04:53 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aduhhh Tertipu Lagi, Kapan Karma Burukku Habis? (gambar: paranormal.lovetoknow.com, diolah pribadi)

Masih jelas teringat dikepalaku, hari itu hari yang membawaku kembali mengalami peristiwa yang sangat tidak menyenangkan dan susah aku lupakan.

Pagi itu aku terbangun dengan hati gembira, hari itu bertepatan dengan hari ulang tahun perkawinanku. Aku bahagia karena tepat tahun keempat aku merayakannya sendiri tanpa merasa kehilangan seperti tahun tahun sebelumnya. Dengan perasaan bahagia aku mengajak teman baikku pergi ke pusat perbelanjaan sekedar untuk makan dan bersantai.  

Kami menghabiskan waktu keliling pertokoan, tanpa terasa waktu menjelang sore, tiba-tiba telpon selularku berbunyi, pesan singkat kudapati  "test,"

Aku lalu menjawabnya, "kenapa B, hape baru yah" ( sebut saja namanya B salah satu teman meditasiku). 

Aku tahu telpon selular B sedang bermasalah, dia selalu mengeluhkannya. Jadi saat keluar nomor baru dengan nama B, tanpa berpikir panjang terus melanjuti pembicaraan.

"Ok kalau gitu nomor baru ini aku masukan ke group kita yah" jawab ku 

"Gak usah nanti saja, yang penting disimpan dulu nomor ini, kebetulan lagi ditempat pelelangan nih digedung KPKNL"

Aku tanpa ingin mencari tahu apa itu Gedung KPKNL terus saja menjawab.  Di antara perbincangan singkat, B mengirimkan foto barang, lengkap dengan harga  cukup murah kalau dibandingkan  harga normal. Aku tahu, teman ku B ini suka membeli dan memakai barang tersebut saat bertemu rekan bisnisnya. 

"Apakah tertarik membelinya, kebetulan ada di pelelangan, harga murah". Pesan berikutnya muncul di telpon selularku.

Aku memang sedang berencana membeli salah satu barang tersebut. Pesan B membuatku tertarik, demikian juga temanku. Jadilah kami berdua melakukan transaksi, tanpa pikir panjang, tanpa rasa curiga untuk mengecek lebih lanjut.

Sesaat aku baru tersadar, setelah menelpon B berulang kali dan tidak diangkat. Maksudku hanya ingin memperjelas jika transaksi sudah oke.

Mengapa tidak mencoba menelpon nomor B yang lama? Betapa bodohnya diri ini. Sekarang aku baru tersadar. Hanya beberapa saat setelah transaksi itu selesai. "YAH TERTIPU LAGI..."

Aku dan teman baikku gemetar, pikiran tidak menentu, langsung hubungi call center dua puluh empat jam. Menghabiskan waktu cukup lama menjawab pertanyaan operator telpon, walaupun kami minta tolong segera memblokir rekening yang mengaku B.

Tetap saja, operator tersebut tidak berani melakukannya tanpa menyelesaikan pertanyaan. Aku sedih, menyesal melihat wajah teman baikku yang pucat dan putus asa. Rasa bersalah, karena sangat memercayaiku dia pun ikutan tertipu . 

Penipu ini pintar, mengenal  gaya bahasa dan kesukaan temanku B. Sepertinya dia telah mempelajari semua prilaku B. Ia juga menguasai sistem perbankan dengan baik.

Ketika teman baikku berkata kalau limit transfernya tidak mencukupi, muncullah pesan "sebentar dibuatkan virtual account, dengan Virtual account tidak ada limit ". Kami berdua sempat terheran-heran, ternyata benar temanku bisa transfer cukup besar melalui Virtual account.

Malam itu juga kami langsung ke kantor polisi untuk melapor bahwa kami kena tipu. Menjawab berbagai pertanyaan pak Polisi disaat -saat seperti ini sangat membutuhkan kesabaran. Butuh beberapa hari menyelesaikan surat laporan, membuat temanku  menyerah

"Sudahlah Yol, uang kita tidak akan Kembali. "Tetapi aku tetap mempunyai setitik harapan. Kalaupun penipunya tidak tertangkap, minimal Bank bisa memblokir nomor rekeningnya. Berharap  tidak ada orang lain yang tertipu . 

Betapa naifnya pemikiranku, saat sekarang sangat mudah membuat rekening bank tanpa kita tahu. Kartu Tanda Penduduk siapa yang mereka gunakan? Tapi, sudahlah pemikiran tersebut aku abaikan, karena hanya akan menambahkan beban baru di dalam pikiran.

Esok pagi sekali, aku kembali datang ke kantor polisi. Berharap bisa menjumpai bapak Polisi yang masih segar, tidak sibuk sehingga memudahkan ku untuk mendapatkan surat.  

Harapanku berhasil, aku bertemu bapak Polisi yang ramah, bisa berempati, ikut bersedih dengan musibah yang menimpa kami. Tanpa banyak bertanya keluarlah surat tersebut.  

Ada rasa bahagia, puas menggemgam surat itu. Di antara rasa SEDIH  mengapa penipuan ini terjadi disaat aku sedang merayakan hari bahagia.  MARAH karena menyesali betapa bodohnya aku, sehingga tertipu lagi hanya beberapa bulan dari penipuan yang lalu. 

Sempat aku marah kepada diriku sendiri,  apa manfaat meditasi yang aku  lakukan setiap hari kalau aku masih mudah sekali tertipu. Timbul keserakahan  karena tergiur membeli barang dengan harga murah.

Aku merenung, menjadi mudah curiga, selalu  bertanya dalam hati "sampai kapan karma burukku terus berbuah?"  

"Tidak ada yang tahu Yol, kapan karma buruk kita akan habis. Selalu ada di kehidupan yang sedang kita jalani, tergantung cara kita menerimanya dan banyaknya karma baik yang kita lakukan untuk sedikit mengikis nya."  

Betapa sejuk kalimat dari sahabat meditasiku, masuk ke dalam lubuk hati yang terdalam. Aku lalu bertekad akan semakin rajin bermeditasi, melatih MINDFULLNESS / KESADARAN yang ternyata belum banyak aku terapkan dalam keseharianku.

Semoga Semua Makhluk Berbahagia

**

Jakarta, 09 Desember 2022
Penulis: Tjio Jolanda Santoso, Kompasianer Mettasik

Alumni IPB | Pensiunan Perusahaan Swasta | Sekarang Ibu Rumah Tangga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun