Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Korban Kejahatan adalah Pelaku Kejahatan

7 Desember 2022   19:09 Diperbarui: 7 Desember 2022   19:17 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Korban Kejahatan adalah Pelaku Kejahatan (gambar: utoronto.ca, diolah pribadi)

Jika seseorang melakukan kekerasan yang direncanakan, sebelumnya sudah membenci korban dalam waktu lama. Waktu dan energi sudah terbuang saat merencanakan, pikiran penuh kebencian, pikiran yang penuh kebencian membuat kedamaian sudah sirna. Diri sendiri adalah korban pertama.

Saat ingin melakukan kekerasan, ketakutan, ragu-ragu dirasakan. Setelah kekerasan dilakukan, korban menderita luka-luka parah, ketakutan melanda pelakunya, kemana-mana khawatir takut ditangkap, takut ada pembalasan. Diri sendiri menjadi korban lagi.

Keluarga korban, marah karena keluarganya disakiti dan berpikir akan membalas. Anggota keluarga korban menjadi korban, akibat perbuatannya.

Keluarga pelaku yang mengetahui kalau ia sudah melakukan kekerasan, juga penuh ketakutan. Takut ia ditangkap polisi, takut pembalasan dan selanjutnya. Suasana di dalam rumah menjadi tidak nyaman. Anggota keluarganya menjadi korban kejahatannya.

Teman yang mengetahui dirinya melakukan kekerasan, menjadi takut, khawatir kalau ia menyakiti dirinya juga. Dengan sopan ia menyingkir, karena takut disakiti. Ketika masyarakat luas mengetahui, mereka khawatir akan disakiti, mereka takut menjadi korban.

Pelakunya semakin dijauhi oleh masyarakat, ia menjadi korban lagi atas perilakunya.

Jika seseorang melakukan kejahatan, korban pertama adalah pelakunya, selanjutnya orang sekitarnya dan akhirnya diri sendiri menjadi korban lagi.

Jika ia dengan tulus memikirkan ingin menolong seseorang yang sedang sakit, ia sudah menghitung biaya yang ia akan keluarkan. Dengan hati-hati ia menghitung pengeluarannya agar tidak ada kesalahan. Ia sudah melakukan hal baik, tidak boros, hati-hati menggunakan uang. Ia adalah yang merasakan manfaat pertama.

Ketika ia menolong yang sakit dan sembuh, yang ditolong merasa beruntung. Yang sakit merasakan manfaat dari kebaikannya. Keluarga yang ditolong merasa bersyukur, anggota keluarganya sudah sembuh. Keluarga yang sakit adalah orang yang merasakan manfaat dari kebaikannya.

Ketika keluarga pelaku mengetahui, keluarga yang bijaksana turut berbahagia karena ia telah melakukan kebaikan. Anggota keluarganya merasakan manfaat dari kebaikannya.

Masyarakat yang mengetahui kalau ia telah menolong, merasa terinspirasi atas kebaikannya. Masyarakat menghormatinya dan juga berusaha berbuat kebaikan, masyarakat merasakan manfaat kebaikannya.

Pergi kemanapun, pelaku kebaikan dihormati.

Jika seseorang melakukan kebaikan, orang yang merasakan kebaikan itu adalah pelakunya, selanjutnya orang sekitarnya dan akhirnya kebaikan itu kembali pada dirinya sendiri.

 (Dhammapada 1-2).

Dhammapada 1-2 (dokpri)
Dhammapada 1-2 (dokpri)

**

Jakarta, 07 Desember 2022
Penulis: Jayanto Chua, Kompasianer Mettasik

Programmer | Penulis Buku | Praktisi Meditasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun