Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengapa Continous Improvement Dibutuhkan?

7 Desember 2022   05:30 Diperbarui: 7 Desember 2022   05:38 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti kita ketahui, perkembangan teknologi sangat luar biasa. Tanpa disadari, pendidikan abad 21 alias Revolusi Industri 4.0 sudah tercipta. Bahkan sudah menuju 5.0., sebuah perubahan yang luar biasa cepatnya.

Internet of Things dan Artificial Intelligences sudah hampir menguasai segala bidang, seperti E-Banking, E-Learning, E-Money, E-Book, dan sebagainya. Akibatnya masa depan bukan lagi merupakan prediksi tetapi perubahan yang sedang terjadi.

Beberapa pekerjaan manual akan hilang, seperti perbaikan mesin listrik akan digantikan oleh robot, mesin yang menggunakan bensin berubah menjadi mesin listrik. Bengkel mungkin akan hilang, industri batu bara dan minyak akan ditinggalkan, beberapa bidang tenaga ahli juga tidak akan dibutuhkan...

Oleh sebab itu, untuk menghadapi tantangan ini, kita perlu melakukan sesuatu agar hidup ini selalu mengarah secara konstan kepada perbaikan. Sesuatu yang kita sebut dengan continuous improvement.

Menurut penulis, ada dua syarat yang harus dipenuhi, yakni pola pikir dan kreativitas untuk melakukan inovasi. Lalu, bagaimana caranya? Apakah hanya orang terpilih saja yang bisa menjalaninya?

Tidak demikian, ada anggapan yang salah terkait kepercayaan umum bahwa kreativitas adalah faktor genetik. Dengan kata lain, seseorang terlahir kreatif dan sebagian lagi tidak.

Hal ini sama sekali tidak benar. Sebuah studi dari Harvard Business Review pada 2009, menyimpulkan bahwa kreativitas yang diwariskan hayalah sebanyak 20%, sisanya 80% bisa dipelajari.

Begitu pula dengan pola pikir. Itu bukanlah sebuah kutukan. Seseorang tidak terlahir statis. Dalam arti, takdir memang ada. Dilahirkan dalam keluarga tertentu, lingkungan tertentu, maupun dalam kondisi fisik tertentu.

Akan tetapi, ada juga yang namanya nasib. Sebuah hukum alam yang menyatakan bahwa kita adalah bentukan dari perbuatan kita sendiri. Semisalnya seseorang yang rajin bekerja, tentu output yang ia hasilkan tidak akan sama dengan kaum rebahan.

Dengan berpegang kepada kedua hal ini, niscaya continuous improvement akan lebih mudah dijalani.

Jangan lupa juga melakukan sesuatu agar tidak berada di zona nyaman. Tenggelam dengan keadaan yang menyenangkan. Hidup berkesadaran. Sadarilah kondisi saat ini (current condition), perhatikanlah hal-hal yang mungkin bisa diperbaiki atau diubah.

Ada sebuah istilah dalam bahasa Jepang. Namanya gemba. Artinya menemukan hal-hal yang janggal dalam kondisi yang terkesan normal. Ingat, sesuatu yang terkesan baik-baik saja belum tentu benar.

Diperlukan juga untuk melihat kondisi dari sudut pandang helikopter. Melakukan perbandingan-perbandingan dengan dunia luar, dan menemukan pola yang terbaik. Istilahnya adalah mind-mapping.

Setelah menemukan kejanggalan dan menemukan peta pikiran, saatnya untuk beraksi. Mengubah standar yang dulunya mungkin biasa-biasa saja, menjadi sesuatu yang luar biasa. Alias melakukan upgrade kepada kondisi-kondisi yang lebih relevan dengan masa kini.

Bagaimana jika kita memutuskan untuk tetap berada pada kondisi yang lama. Tidak masalah, tetapi ada baiknya untuk mempertimbangkan contoh-contoh berikut ini:

Tahun 1998, Kodak adalah perusahaan raksasa, mereka memiliki 170.000 pegawai dan menguasai 85% pangsa pasar foto kertas dunia. Hanya dalam beberapa tahun, perubahan terjadi. Kodak harus gulung tikar. Siapa yang bisa menyangka? Kodak tidak melakukan kesalahan, hanya terlambat melakukan improvement.

Gojek dan Grab di Indonesia, adalah perusahaan transportasi terbesar di dunia yang tidak memiliki armada. Mereka hanya mengandalkan piranti lunak. Bagaimana dengan perusahaan taxi jadul? Mundur perlahan.

Apakah mereka salah? Sepertinya tidak. Namun mereka tidak meng-upgrade kondisi, sehingga meremehkan kekuatan dari taxi online.

Dari dua contoh diatas, jelas sudah terjadi disrupsi. Teknologi menanjak dan traditional tak mampu bersaing. Jadi, sadarilah. Dengan pola berpikir berkembang (Growth Mindset), kita akan mampu mengikuti perkembangan yang sangat dinamis saat ini.

Anda bisa melakukannya, meskipun terkadang kita juga harus bertanya kepada ahlinya. Jangan segan untuk berbagi ilmu, berbagi pengalaman, dan yang terpenting jangan pernah menjadi angkuh. Seyogyanya setiap orang pasti memiliki sesuatu yang bisa kita pelajari darinya.

Saatnya berubah, saatnnya untuk menjadi agen perubahan. Sudah siapkah Anda? Semoga tulisan ini bisa membuka cakrawala berpikir, agar kita tidak menyerah pada zaman teknologi ini.

**

Pangkalan Kerinci, 07 Desember 2022
Penulis : Drs. Jansen Yudianto, Kompasianer Mettasik

Praktisi Pendidikan | Penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun