Umat Buddha melakukan meditasi tujuannya untuk mengamati. Napas keluar masuk adalah objek yang paling umum. Ada pula yang menggunakan objek lainnya, seperti gerakan kaki pada meditasi berjalan.
Akan tetapi, pegamatan yang dilakukan lebih daripada itu. Kelak, pada level tertentu, seorang meditator juga akan mampu untuk menyadari bahwa ada juga kesadaran (Vinnana), Perasaan (Vedana), Bentuk-bentuk pikiran lainnya (Sankhara), Persepsi / penyerapan (Sanna) di dalam batin.
Hingga masuk kepada sebuah kesimpulan bahwa jasmani kita adalah tidak kekal adanya. Senantiasa berubah terus-menerus. Menyadarkan kita bahwa suatu saat, ajal akan datang menjemput.
Kesadaran ini kemudian akan membantu kita untuk menyadari adanya hakikat ketidakjelasan jasmani dan batin. Dengan menyadarinya, seseorang akan lebih luwes menerimanya. Dengan demikian, penderitaan akan lebih berkurang.
Namun, bukan hanya penderitaan saja. Tapi, juga kegembiraan. Euforia tidak perlu terlalu didewakan, karena pada akhirnya ia juga tidak kekal. Jadi, marilah kita senantiasa sadar, bahwa hidup ini tidak kekal. Kikislah kekotoran batin dengan menyadari bahwa kehidupan itu ada dan sedang kita jalani saat ini, pada saat ini.
Maka marilah kita bersama-sama untuk belajar, mempraktikkan, melaksanakan Dhamma agar kita senantiasa dapat maju dalam Buddha Sasana. Setahap demi setahap, hingga tercapainya tujuan akhir, Pembebasan Mutlak. Tercapainya Nibbana.
Semoga semua makhluk hidup Berbahagia, Sadhu (STD).
**
Tangerang, 27 November 2022
Penulis: Setia Darma, Kompasianer Mettasik
Dharmaduta | Penulis |Dosen | Trainer | Pensiunan ASN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H