Saya tetiba teringat dengan sebuah lagu Buddhis. Judulnya, "ingatlah Kawan." Lagu yang diajarkan pada Sekolah Minggu tersebut mengajak orang untuk selalu eling lan waspodo. Selalu sadar dan berintropeksi. Bukan hanya ditujukan kepada umat Buddha, tetapi juga berlaku bagi semua orang.
Syair lengkapnya sebagai berikut:
"Ingatlah kawan, ajaran sang Buddha, janganlah kita berbuat jahat dengan pikiran, kata, perbuatan. Hendaklah kita buat kebajikan. Semua derita umat manusia, karena lobha, dosa, moha, dan avidya. Kita singkirkan ikatan- ikatan belenggu. Tanha sumbernya derita."
Dalam agama Buddha, sumber dari penderitaan terdiri dari keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan ketidaktahuan / kebodohan (moha). Begitu juga kegelapan batin (avidya) dan ketidakpuasan / kehausan yang terus menerus (tanha). Inilah lima hal yang menjadikan manusia menderita.
Kebutuhan hidup sehari-hari diperlukan untuk mejaga kelangsungan hidup, bertahan, dan memenuhi segala yang dibutuhkan. Menjaga kepemilikan, agar semua hal yang dikuasai bisa difungsikan. Manusia harus memiliki semua itu. Mulai dari sandang, pangan, papan. Kebutuhan primer, sekunder, hingga terkadang barang mewah.
Hidup dengan kepemilikan tidak ada salahnya. Hanya saja Guru Agung Buddha mengajarkan seseorang untuk tidak berlebihan. Selalu eling dan menjadikan jalan tengah sebagai penyeimbang.
Untuk itu, ada berapa cara yang disarankan agar kita bisa senantiasa waspada. Melakukan perenungan dalam menghayati makna ajaran Buddha dari Paritta-Paritta Suci, bermeditasi saat pagi, malam, dan senantiasa menjaga kondisi mindfulness setiap saat kita beraktivitas.
Tujuannya tidak lain agar kita selalu sadar akan kemunculan lobha, dosa dan moha. Bukan untuk dihindari, karena pikiran yang belum terlatih akan senantiasa dikunjungi. Tapi, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menyadari kemunculan Ketiga Akar Kejahatan tersebut. Sekaligus mengerem, dan tidak termakan aksi provokasinya.
Pikiran yang kurang terlatih, bisa terus dilatih. Jika kita sudah punya tekad dan serius, retret meditasi adalah jawabannya. Membantu kita untuk lebih terampil bermeditasi, sekaligus mengenal Dhamma dengan lebih baik. Dengan demikian, batin akan semakin berkualitas dan kemampuan untuk terlepas dari ikatan-ikatan duniawi yang menjadi sumber penderitaan.
Lalu timbullah pertanyaan, mengapa keinginan duniawi bisa disebut dengan sumber penderitaan? Sementara manusia yang masih hidup pasti memiliki keinginan duniawi.