Tertatih-tatih kususuri jalan panas berdebu sambil menahan lapar dan haus. Cacing-cacing diperutku mengeliat beringas. Jabang-jabang bayiku pun ikut merasakan derita ini
Terlintas secercah harapan saat kumelihat warung nasi yang penuh pengunjung.
Kuelus kaki bapak yang sedang lahap menggasak lele gede dengan berharap dia mau berbagi denganku. Namun ...duk ...tendangan telak pada perutku ..
Ooowww sakitttt, aku mengeong kesakitan ..., jabang-jabang bayiku ikut meronta ...ngilu ...sakit sekali ...
Aku pergi menjauh dari bapak itu, kuhampiri seorang ibu yang sedang hamil besar, aku yakin dia mempunyai tenggang rasa yang tinggi karena sama-sama sedang hamil ...
Namun apa yang terjadi, dia juga tidak punya hati ...disiramnya aku dengan teh manis panas ... perihhh... rintiku, aku berlari kepojok untuk sekedar menenangkan diri.
Ternyata penderitaanku tidak hanya sampai disitu, karena ibu warung kembali menyiram tubuhku dengan air panas sampai akhirnya aku keluar dari neraka jahanam itu dengan perut yang masih kosong melompong
Pedih ...perih kehidupan yang harus kujalanin sebagai induk kucing jalanan
Rupanya sekarang ini manusia-manusia tidak lagi mempunyai hati nurani untuk berbelas kasih pada kami hewan-hewan yang malang.
**
Jakarta, 26 November 2022
Penulis: Sumana Devi, Kompasianer Mettasik
Hidup Harus Penuh Sati, Setiap Saat Diamati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H