Dunia bisa menjadi tempat yang paling Bahagia dan tempat yang paling menderita. Hal ini tergantung pada konteks manusia yang menjalani kehidupannya. Dunia menjadi Bahagia bila seseorang terlahir dengan kondisi yang hampir sempurna.Â
Terlahir sebagai orang yang cantik/rupawan, sebagai orang kaya dalam materi, sebagai orang berpendidikan, sebagai orang yang dihargai dan dihormati, serta sebagai orang yang selalu terpenuhi semua kebutuhan dan keinginannya. Dunia bagi mereka adalah tempat yang paling bahagia.
Namun sebaliknya, dunia yang dianggap sebagai tempat yang paling menderita apabila seseorang terlahir dengan kondisi buruk rupa, kondisi tumbuh tidak lengkap alias cacat, miskin, tidak dihargai orang, dan penderitaan lainnya yang diterimanya. Dunia bagi mereka adalah tempat yang paling memberikan penderitaan.
Ada juga manusia yang terlahir sangat rupawan, namun kehidupannya tidak secantik atau setampan wajahnya. Banyak Wanita cantik dan laki-laki tampan dalam kehidupannya banyak mengalami penderitaan. Apakah hal ini bisa dikatakan jika Tuhan tidak adil? Dan apakah orang yang sudah berbuat baik terus menerus, tetapi tetap saja mengalami kesusahan juga karena Tuhan? Apakah orang terlahir kaya, terlahir miskin, sukses, gagal, dan lainya, adalah juga karena andil Tuhan?.
Kondisi tersebut merupakan sebuah gambaran pertanyaan di saat seseorang sedang dalam kondisi kurang mengerti apa yang dimaksud dengan HIDUP. Sebenarnya makna HIDUP itu sangat besar, karena menjadi sebuah proses yang selalu kita jalani dari mulai berada dalam kandungan sampai berada di dalam alam kubur.
Ketika seseorang mampu menjalani hidup dengan kondisi yang selalu berbeda setiap saat dengan pikiran dan jiwa yang tenang maka arti kata cantik, tampan, kaya, miskin, sukses, dan lainnya tak akan membuatnya menjadi manusia yang paling menderita atau paling Bahagia. Karena semua di jalani dengan penuh kebijaksanaan.
Kuncinya hanyalah bagaimana kita mampu mengerti dalam menjalani hidup itu dengan penuh kebijaksanaan dan penegertian yang benar. Sangat dibutuhkan kemampuan dalam mengartikan makna hidup, supaya keselarasan jiwa setiap orang menjadi bijaksana.
Hidup itu dalam bahasa Jawa adalah URIP, urip itu adalah urup yang artinya menyala (hidup). Selanjutnya, kata urip sendiri bila diuraikan akan memiliki arti cukup bermakna. Mampu memberikan gambaran pada kehidupan dan memberi dorongan untuk hidup lebih baik. Seperti apa? Mari kita simak.
Kata URIPÂ terdiri dari empat huruf yaitu:
U=Â USAHA
Setiap orang harus memiliki usaha untuk menata diri dengan baik, menata fisik dan batin dan terus memperbaiki semua proses perjalanan kehidupan. Karena kehidupan manusia penuh dengan kondisi penderitaan.
Jika tidak berhati-hati maka ia akan dengan mudah terkikis oleh Tiga Akar Kejahatan (Dosa/kebencian/perbuatan buruk, Lobha/keserakahan dan Moha/kebodohan/ketidaktauan).
Usaha artinya melakukan upaya perubahan dalam diri kedalam keadaan yang lebih baik, mampu mengatur perilaku, perbuatan dan pemikiran yang baik guna mendapatkan kehidupan yang berkualitas.
R= RAJIN
Sifat rajin ini bila diterapkan dengan baik tentunya akan memberikan dampak sangat besar pada kehidupan. Karena sifat rajin bagaikan motor penggerak yang akan membawa seseorang mencapai keberhasilannya dalam upaya pemenuhan tujuan hidup.
Menjadi permasalahan dalam hidup bilamana seseorang sudah memiliki sifat malas, sifat tidak disiplin, dan sifat tidak bertanggung jawab terhadap kehidupannya sendiri.
Rajin disini bukan hanya sekedar rajin dalam mencari rezeki dan bekerja saja. namun juga mencakup sifat rajin dalam menumbuhkan batin yang berkualitas. Dengan demikian, kemampuan intelektual dan spiritual akan menjadi seimbang.
Seseorang yang memiliki keseimbangan batin yang baik, ia akan tidak mudah merasa sombong, memiliki daya intelektuas yang baik, dan mampu menghargai perbedaan, serta menerima perubahan.
I= IMAN/ SADHAÂ /KEYAKINAN
Keyakinan / sadha dalam agama Buddha adalah keyakinan yang disertai dengan pemahaman. Bukan sekadar keyakinan yang membabi-buta sehingga berakibatkan munculnya permasalahan baru.
Keyakinan ini lalu menjadi dasar kepercayaan terhadap sebuah agama. Menjadi panduan hidup bagi setiap orang untuk menjalani kehidupan yang majemuk dengan begitu banyaknya perbedaan.
P= PRASOJO
Memilik arti kasederhanaan hidup yang sewajarnya, tidak memaksakan keinginan yang tidak dilandasi kekuatan diri yang baik. Dapat melihat dan menyesuaikan keadaan diri, tidak hidup bermewah-mewahan, menghindari konsumsi yang tidak bermanfaat untuk kehidupan.Â
Kehidupan yang sederhana tidak akan menjadikan kita FOMO (Fear of Missing Out). Takut kehilangan momentum terhadap setiap perkembangan, yang pada akhirnya justru lebih banyak memberikan dampak negatif.
Kehidupan yang sederhana atau Prasojo harus kita jadikan sebuah pelajaran yang berharga. Karena dalam kehidupan modern ini kita bisa bersikap urip prasojo lan sak madyo. Urip prasojo berarti "hidup kesederhanaan" dan sak madyo yang artinya "secukupnya".
Menjalani hidup bukan sekedar kaya atau makmur saja tujuannya, namun yang harus kita perhatikan dan perjuangkan adalah hidup yang berbahagia apapun kondisinya. Kebahagian itu milik semua makluk bukan hanya milik orang kaya saja.
Cara memunculkan kebahagiaan dalam hidup sangat tergantung dari bagaimana kita mampu mengolah pikiran, menekan keinginan yang berlebihan, tidak melekat pada hal yang tidak kekal, dan mampu menyadari bahwa segalannya adalah anica (tidak kekal).
**
Palangka Raya, 19 November 2022
Penulis: Dr. Joko Santoso, S.Ag., MM, Kompasianer MettasikÂ
Birokrat | Akademisi | Motivator Religius | Enterprenuer | Aktifis Gerakan Nasional Anti Narkotika