Ade: "Mami lagi baca buku apa?"
Mami: "Berani tidak disukai' di dalamnya banyak membahas teori Alfred Adler."
Ade: "Siapa Adler?"
Mami: "Seorang psikolog terkenal. Menurut Adler, perasaan itu ada perasaan inferior (merasa lebih rendah) dan superior (merasa lebih tinggi). Bahkan ada yang kompleksnya. Kompleks inferioritas (perasaan rendah diri/tidak nyaman dengan diri sendiri) dan kompleks superioritas (perasaan superior semu). Semua perasaan ini muncul karena membandingkan diri sendiri dengan orang lain"
"Perasaan inferior bisa menjadi bahan bakar bagi seseorang buat maju dan tumbuh. Misalnya: Â Ade memiliki perasaan inferior dengan merasa diri sendiri bodoh (padahal belum tentu bodoh). Karena merasa bodoh, maka Ade mulai memperbaiki kualitas diri dengan rajin belajar dan akhirnya lulus dengan nilai terbaik. Upaya Ade untuk meningkatkan kualitas diri inilah yang menjadikan Ade superior."
"Masalah muncul saat Ade mulai menjadikan perasaan inferior sebagai alasan. Misalnya Ade berpikir saya ini bodoh makanya saya tidak akan bisa sukses, tidak akan ada orang yang mau berteman dengan saya yang bodoh ini, dan sebagainya. Perasaan minder inilah yang dinamakan Kompleks inferioritas."
Ade: "Mami! Ade tidak bodoh! ok!"
Mami: "Kan cuma contoh De! Hehehe..."
"Seseorang yang menderita kompleks inferior yang parah, takut mengambil upaya nyata untuk berubah, bahkan dalam kasus parah, mereka menolak kompleks inferioritas mereka dan menebusnya dengan cara berbeda, dengan bersikap seolah-olah dirinya superior."
"Contoh: Seorang anak yang merasa bodoh, bukannya lebih giat belajar malah ketagihan main game karena merasa hanya di dunia game, dia bisa dapat bintang dan disorakin. Inilah kompleks superioritas (perasaan superior semu)."