Walaupun terkesan sederhana, sesungguhnya ini yang paling sulit untuk dilakukan. Seseorang yang lebih tua pada umumnya sudah memiliki pandangan hidup sendiri dan melekat dengannya meskipun keliru.
Kisah Seorang Bhikkhu yang Menyokong Orang Tuanya
Akan tetapi, yang sering menjadi pertanyaan di kalangan awam adalah, apakah patut ketika seorang bhikkhu memberi dukungan materi kepada orang tuanya? Sebagaimana diketahui secara umum, seorang bhikkhu adalah seseorang yang telah meninggalkan rumah menuju kehidupan tanpa rumah.
Ada sebuah kisah tentang seorang bhikkhu yang sempat mengalami kegelisahan pada dirinya akibat melihat kedua orang tuanya jatuh miskin setelah beliau bertahbis sebagai bhikkhu. Mengetahui hal demikian, dilandasi bakti kepada mereka, beliau membagikan derma makanan yang didapatkan setiap hari.Â
Para bhikkhu yang mengetahui mencelanya. Akan tetapi, Sang Buddha justru memujinya karena bhikkhu tersebut telah melakukan apa yang patut dilakukan oleh seorang anak kepada orang tua. Bahkan, Sang Buddha mengatakan bahwa Beliau juga melakukan hal yang sama pada kehidupan lampau.
Secara umum, para bhikkhu memang tidak lazim memberikan materi kepada perumah tangga. Terkhusus ketika ada maksud tertentu secara curangnya. Maksudnya adalah, pemberian yang dilakukan hanya untuk mencari muka, sehingga bhikkhu tersebut bisa mendapatkan lebih banyak persembahan. Inilah yang dicela oleh Sang Buddha.
Sementara, tidak ada cela bagi pemberian yang didasarkan oleh kedermawaan, terlebih bakti kepada pihak yang patut dihormati. Meskipun demikian, juga perlu mempertimbangkan mengenai cara memberi yang pantas, hingga tidak terkesan merendahkan wibawa seorang bhikkhu yang perlu dijaga sebagai bentuk penghargaan kepada pelatihan yang dijalankan.
**
Jakarta, 07 November 2022
Penulis: Bhikkhu A.S.K. Thitasaddho, Kompasianer Mettasik
Praktisi Dhammavinaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H