Barulah pada 1956, mereka diperbolehkan untuk kembali, tetapi kehidupan tidak seperti dulu. Asimilasi budaya dipaksakan secara drastis. Warga lokal kehilangan identitas. Nama yang lebih "rusia" bagi generasi baru dan bahasa lokal tidak terlalu sering terdengar lagi. Konflik antar ras cukup sering terjadi. Antara orang Rusia dan orang Kalmyk.
Hal tersebut terus berlangsung hingga Uni Soviet bubar pada awal 1991. Parlemen Rusia secara resmi mengakui jika peristiwa 1943 adalah aksi genosida.
Meskipun membutuhkan waktu lama bagi warga setempat untuk kembali normal, kini orang-orang Kalmyk sudah tampak kembali bersemangat. Di sekolah lokal, upaya mengembalikan bahasa Kalmyk dilakukan secara sistematis. Gedung budaya, kuil kuno, dan monumen Buddha yang pernah dihancurkan, kini mulai didirikan lagi.
Termasuk Kuil Burkhan Bakshin Altan Sume yang tingginya 63 meter. Lengkap dengan 17 pagoda yang mengelilinginya. Tempat suci ini juga terkenal dengan patung Buddha Sakyamuni setinggi sembilan meter yang berlapiskan emas.
Dibuka untuk publik pada 2005, Kuil ini dibangun hanya dalam tempo sembilan bulan saja. Meskipun demikian, tempat suci ini barulah diresmikan sembilan tahun kemudian. Menunggu kedatangan Dalai Lama ke-14, Tenzin Gyatso ke "rumah pribadinya" di Elista, Kalmyka pada 2014.
Iya, Kuil Burkhan Bakshin Altan Sume memang didedikasikan sebagai tempat tinggal dari pemimpin umat Buddha Tibet itu. Terletak di lantai lima, lengkap dengan aula besar untuk pertemuan, juga kamar tidur, ruang kerja, dan dapur.
Sayangnya belum pernah sekali pun Dalai Lama menetap di sana. Namun, hingga kini ruang di lantai 5 tersebut tetap dibiarkan kosong. Dipersiapkan jika Dalai Lama benar-benar datang.
Selain Dalai Lama, banyak juga pemimpin agama dan tokoh terkenal lainnya yang berkunjung ke Kalmyka. Salah satunya adalah aktor Steven Seagal pada 2007 silam.
Ternyata aktor tersebut sangat terkenal di sana, sehingga pemerintah Kalmyka menjadikannya sebagai warga kehormatan dan mendapat sebuah apartemen dari presiden Kalmyka.