Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Vedana (Perasaan) yang Terdapat pada Panca Khanda dalam Buddha Dhamma

5 November 2022   04:58 Diperbarui: 5 November 2022   05:42 2293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi vedana (gambar: commisceo-global.com, diolah pribadi)

Makhluk dalam pengertian Buddha Dhamma adalah seseorang yang terjerat erat dalam keinginan, nafsu, kesenangan, dan ketagihan pada bentuk, perasaan, persepsi, bentukan pikiran atau kehendak, dan pada kesadaran. (SN 23.2 Satta Sutta).

Dalam Abhidhamma, secara tegas apa yang disebut makhluk adalah mereka yang terdiri dari Nama dan Rupa.

Nama adalah perasaan, persepsi, bentukan pikiran atau kehendak, dan kesadaran. Sedangkan Rupa adalah bentuk atau jasmani.

Semua ini disebut Panca Khanda. Atau Lima Gugusan/Lima Kelompok Unsur Kehudupan yang tunduk pada kemelekatan, bisa disebut juga sebagai Lima Gugusan yang menjadi objek kemelekatan. (SN 56.11 Dhammacakkappavattana Sutta).

Dalam artikel ini, kita akan fokus pada perasaan (pali, vedana). Vedana sering diterjemahkan sebagai perasaan dan/atau sensasi.

Di beberapa Sutta terdapat beberapa jumlah atau jenis dari perasaan. Ada yang menyebut dua perasaan, tiga perasaan, enam perasaan, dan seterusnya.

Tiga perasaan itu adalah perasaan menyenangkan, perasaan tidak menyenangkan, dan perasaan yang bukan menyenangkan ataupun bukan tidak menyenangkan (netral). (SN 36.2 Sukha Sutta).

Lalu bagaimana terjadinya perasaan? Atau dengan kata lainnya, bagaimana timbulnya suatu perasaan yang merasakan hal yang menyenangkan, bukan menyenangkan, dan netral?

Ketiga perasaan tersebut muncul akibat adanya kontak antara salah saru dari enam indra dengan objek yang ditangkap oleh indra. Enam indra adalah indra mata, indra telinga, indra hidung, indra lidah, indra badan, dan indra pikiran.

Contohnya adalah dengan bergantung pada indra mata yang menangkap objek yang dikenal oleh mata dan timbul kontak maka muncul perasaan.

Jika objeknya menyenangkan maka perasaan yang timbul adalah perasaan yang menyenangkan. Jika objeknya tidak menyenangkan atau mengalami perubahan maka perasaan yang timbul adalah ketidaksukaan. Dan jika objeknya adalah netral maka perasaan yang timbul adalah bukan keduanya atau netral.

Bagi mereka yang tidak memperhatikan objek, landasan indra, kontak, dan perasaan secara bijaksana maka dari perasaan yang menyenangkan dan menyejukkan akan memunculkan nafsu atau lobha dan kerinduan.

Lalu dari perasaan yang tidak menyakitkan dan melukai, akan muncul penolakan berupa kebencian, iri hati dan niat jahat.

Sedangkan dari perasaan netral maka akan muncul ketidaktahuan.

Perasaan menyenangkan berpasangan dengan perasaan menyakitkan. Begitu pula sebaliknya. Sedangkan perasaan netral berpasangan dengan ketidaktahuan.

Untuk melenyapkan ketidaktahuan adalah dengan pengetahuan sejati, dari pengetahuan sejati maka akan muncul kebebasan, dari kebebasan maka akan muncul Nibbana. Dari sini Visakha yang telah mencapai tingkat Ariya Anagami tidak mampu memahami lebih dalam maka Bhikkhuni Dhammadina menyatakan alasannya bahwa "Karena kehidupan suci, yang berlandaskan pada Nibbana, memuncak dalam Nibbana dan berakhir dalam Nibbana." Lalu menyarankan Visakha untuk bertanya kepada Sang Bhagava. (MN 44 Culavedalla Sutta).

Perasaan apapun yang muncul dan berlangsung apakah menyenangkan, menyakitkan atau tidak menyenangkan, dan perasaan bukan keduanya atau netral harus direnungkan, diselidiki, dipahami dari sifat kemunculan, sifat ketergantungan dan sifat lenyapnya dalam perasaan. Dengan demikian perasaan dapat dipastikan adalah Anicca, Dukkha dan Anatta. (MN 10 Satipatthana Sutta).

Atau dari pengembangan dan latihan pada Jalan Mulia Berunsur Delapan (singkat: JMB8) juga akan menghancurkan dan meninggalkan perasaan. Perasaan di sini ada 6 jenis yang berhubungan dengan 6 indra. JMB8 merupakan jalan untuk pelenyapan perasaan (SN 22.56 Upadanaparipavatta Sutta). Dari pengembangan dan latihan JMB8 secara keseluruhan maka akan memunculkan pengetahuan benar dan pembebasan benar yang menuntun pada Nibbana.

Dengan demikian ketika kita mengetahui bahwa Panca Khanda yang terdapat perasaan adalah bukan milikku, bukan aku, dan bukan diriku. Maka akan muncul keengganan akan Panca Khanda, dari keengganan maka akan muncul ketidak tarikan pada Panca Khanda. Melalui ketidak tarikan maka akan muncul kebebasan. Dari kebebasan maka muncul Nibbana sebagai tujuan akhir. (SN 22.59 Anattalakkhana Sutta).

**

California, 05 November 2022
Penulis: Willi Andy, Kompasianer Mettasik

Hidup dengan Penuh Cinta dan Kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun