Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Betapa Sulitnya Mengendalikan Perasaan

2 November 2022   18:28 Diperbarui: 2 November 2022   18:28 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Betapa Sulitnya Mengendalikan Perasaan (gambar: theplaidzebra.com, diolah pribadi)

"Oh ... iya satu lagi pak, daripada bapak suruh saya kursus kepribadian, mendingan bapak tunjukkan, kasih tahu saya dimana tempat kursus cari muka."

Saking dahsyatnya perasaan benci dan tertekan, maka sekali waktu bisa meledak seperti itu. Sesaat aku lupa kalau aku adalah tulang punggung keluarga, dengan berapi-api dan tanpa pikir panjang aku balik melabrak boss-ku. Untungnya apa yang kukatakan sesuai dengan kenyataan sehingga tak ada celah bagi boss-ku untuk memecatku.

Setelah itu, rasa penyesalan datang bertubi-tubi. Andaikan aku bisa memutar waktu, aku ingin menyikapinya secara bijak. Apa daya waktu bukanlah barang mainan.

Jadi, lihatlah betapa dahsyatnya sebuah aksi jika kita hanya menuruti perasaan kita saja. Padahal jika mau dipikir, fisikku tidak tersakiti, duniaku tidak hancur, hanya perasaan saja yang terganggu.

Maka dari itu, saya selalu mencari makna kebahagiaan. Jika perasaan bisa tidak menyenangkan, ia juga bisa sebaliknya. Perasaan bahagia seperti menciptakan senyuman di keluarga kita saat menyambut kelahiran kita ke dunia ini, Juga di saat kita jatuh cinta, dunia serasa begitu indah.

Sayangnya, perasaan yang Bahagia juga tidaklah abadi (anicca). Di saat kita dihadapi penyakit, kita pasti mengeluh. Pada saat anggota keluarga kita menghadapi kematian kita lalu bersedih. Perasaan berkecamuk, tidak siap kehilangan membuat kita menangis terguk-guk. Tapi, setelah semuanya telah dilewati, perasaan itu akan terus berjalan seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Jadi, semua fenomena di dunia ini hanyalah permainan perasaan.

Begitu mudahnya perasaan mempermainkan diri ini, begitu bergejolak menguasai diri ini. Lobba, Dosa dan Moha akan menyelimutinya jika kita tidak hidup dengan penuh kesadaran. Salah sedikit amarah kita bisa langsung meledak. Makanya ada isitilah "senggol bacok".

Ditinggal pacar membuat kita patah hati, sampai ada yang ingin bunuh diri.

Perasaan iri berkembang jika melihat orang lain sukses, walaupun sebenarnya rasa iri itu bagus untuk memacu diri, kalau dia bisa mengapa aku tidak?

Rasa iri harus disikapi dengan positif, dan dijadikan cambuk diri agar kita lebih gigih lagi dalam memperjuangkan kesuksesan yang ingin kita raih dalam hidup ini.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun