Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Sederhana Mengawasi Pikiran

26 Oktober 2022   05:15 Diperbarui: 26 Oktober 2022   05:18 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap manusia memiliki pola pikir dan cara pandang melihat kehidupan ini dengan kebiasaannya sejak lahir. Terkadang manusia hanya memiliki pikiran tapi tidak menyadari bahwa pikirannya dibiarkan mengembara kesana kemari tanpa kendali, dibiarkan bebas tanpa kendali. 

Memikirkan rencana-rencana, keinginan yang ingin dicapai dimasa depan, dan sulit move on terhadap kesalahan atau kejadian dimasa lalu.

Sering kita mendengar ungkapan "Pikiran manusia itu cepat berubah" hal tersebut benar adanya. Pada hakekatnya memang pikiran kita selalu berubah, bergerak begitu cepat, sangat cerewet, dan mudah merespon yang terjadi diluar diri kita. Pikiran begitu sulit dikendalikan, tidak berwujud, dan tidak bisa dipegang.

Mengapa demikian?

Karena manusia cenderung membiarkan pikiran mengalir begitu saja sesuai dengan kondisi dan kebiasaannya yang tidak terkendali dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan harus diingat, kualitas perilaku dan ucapan seseorang berasal dari pikirannya sendiri. untuk itulah pikiran perlu dijaga atau diawasi agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Sangatlah penting selalu mengawasi pikiran yang cepat berubah ini. Cara yang paling umum adalah dengan melatih menyadari atau mengetahui setiap pikiran yang muncul setiap saat. 

Banyak metode yang sering kita dengar dengan istilah meditasi atau mindfullness untuk melatih perhatian terhadap pikiran ini.

Tentu metode ini disesuaikan dengan pribadi masing-masing yang cocok sesuai karakter setiap pribadi. Yang jelas tujuannya sama, yaitu mengawasi setiap gerak-gerik pikiran yang muncul.

Kadang kita tidak mengetahui apa yang kita pikirkan, tapi lebih banyak tidak. Tersebab pikiran terus bergerak begitu cepat, terkadang pikiran juga sering berdebat sendiri dalam memutuskan suatu tindakan atau ucapan. 

Nah, Mengapa kita perlu mengawasi pikiran ini? Pada hakekatnya Pikiran ini tidak bisa dipaksa atau dibiarkan tidak terarah, akan tetapi pikiran ini bisa dilatih untuk selalu mengetahui apa yang sedang kita pikirkan.

Ketika kita mengetahui atau sadar apa yang sedang kita lakukan maka kita menjadi lebih peka dan tahu apa yang harus dilakukan sebelum bertindak atau berucap.

Sebagai contoh ketika mencintai atau membenci seseorang maka pikiran kita selalu ingat dengan orang tersebut, sulit untuk melupakannya, dan membuat suasana pikiran kita tidak nyaman.

Pada kenyataannya ketika kita berusaha melupakan orang tersebut, pikiran malah semakin mengingatnya. Semua hal tentang dirinya, kenangan-kenangan yang telah terjadi dan sulit melupakannya.

Kemudian jika kita membiarkan pikiran itu muncul dengan mengalihkan perhatian sesaat pada suatu kegiatan yang lain, memori itu tetap saja muncul setelah kegiatan itu selesai.

Mengapa demikian?

Karena memori sudah tersimpan dialam bawah sadar kita, sehingga kemelekatan terhadap keduanya sulit dilepaskan. Jalan tengahnya adalah cukup berdamai dengan fenomena yang muncul pada pikiran kita.

Cukup menyadarinya atau mengetahui dengan tidak menolak ingatan-ingatan yang muncul. Karena semakin ditolak, ingatan -ingatan itu akan terus bermunculan. Hasilnya, pikiran akan terbawa oleh pikiran lainnya, dan mengembara tanpa terkendali.

Bagaimana melatih pikiran?

Cukup sederhana, dengan mengetahui atau menyadarinya saja, "oh saya tau sedang mengingatnya, oh saya tahu sedang melamun," dan lain sebagainya.

Tanpa menolak atau membiarkannya, tanpa merespon, tanpa memberikan komentar "cukup diawasi dengan perhatian." Lambat laun pikiran benci, cinta, marah, jengkel akan lenyap dengan sendirinya.

Disini akan muncul pengetahuan, ketenangan yang membuat pikiran tidak mudah goyah. Inilah yang disebut dengan latihan perhatian (mindfulness). Bisa dilakukan secara intensif atau dari hal-hal kecil.

Sertai dengan pemahaman atau pengetahuan yang benar tentang segala sesuatu selalu berubah. Jika dilekati akan menimbulkan derita yang disebabkan dari ego/aku dalam diri.

Ketika ketenangan muncul maka kebahagiaan tanpa melekat akan muncul dengan sendirinya.  Mudahkan! Namun semua perlu latihan untuk mengawasi pikiran setiap saat.

Mengawasi pikiran ini membutuhkan waktu dan motivasi diri yang kuat untuk memiliki pemahaman dan pengetahuan Dhamma agar tercapai tujuan luhur dan kebijaksanaan sejati.

Semoga Seluruh Makhluk Berbahagia.

**

Kab. Nabire, Papua 26 Oktober 2022
Penulis: Eko Susiono, Kompasianer Mettasik

Hidup Sederhana dengan Batin Berkualitas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun