Ketika kita mengetahui atau sadar apa yang sedang kita lakukan maka kita menjadi lebih peka dan tahu apa yang harus dilakukan sebelum bertindak atau berucap.
Sebagai contoh ketika mencintai atau membenci seseorang maka pikiran kita selalu ingat dengan orang tersebut, sulit untuk melupakannya, dan membuat suasana pikiran kita tidak nyaman.
Pada kenyataannya ketika kita berusaha melupakan orang tersebut, pikiran malah semakin mengingatnya. Semua hal tentang dirinya, kenangan-kenangan yang telah terjadi dan sulit melupakannya.
Kemudian jika kita membiarkan pikiran itu muncul dengan mengalihkan perhatian sesaat pada suatu kegiatan yang lain, memori itu tetap saja muncul setelah kegiatan itu selesai.
Mengapa demikian?
Karena memori sudah tersimpan dialam bawah sadar kita, sehingga kemelekatan terhadap keduanya sulit dilepaskan. Jalan tengahnya adalah cukup berdamai dengan fenomena yang muncul pada pikiran kita.
Cukup menyadarinya atau mengetahui dengan tidak menolak ingatan-ingatan yang muncul. Karena semakin ditolak, ingatan -ingatan itu akan terus bermunculan. Hasilnya, pikiran akan terbawa oleh pikiran lainnya, dan mengembara tanpa terkendali.
Bagaimana melatih pikiran?
Cukup sederhana, dengan mengetahui atau menyadarinya saja, "oh saya tau sedang mengingatnya, oh saya tahu sedang melamun," dan lain sebagainya.
Tanpa menolak atau membiarkannya, tanpa merespon, tanpa memberikan komentar "cukup diawasi dengan perhatian." Lambat laun pikiran benci, cinta, marah, jengkel akan lenyap dengan sendirinya.
Disini akan muncul pengetahuan, ketenangan yang membuat pikiran tidak mudah goyah. Inilah yang disebut dengan latihan perhatian (mindfulness). Bisa dilakukan secara intensif atau dari hal-hal kecil.