Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk sukses, kaya, dan bahagia. Selanjutnya, apakah dalam agama Buddha memperkenankan umatnya untuk sukses, kaya, dan bahagia? Tentu saja boleh, namun dengan usaha yang baik dan benar.
Seseorang yang mengabdikan diri kepada sebuah perusahaan harus menggunakan keterampilan, pengetahuan, kerja keras, dan etikanya untuk memperoleh jabatan yang tinggi. Dia harus banyak membaca, belajar dari kesalahan, rajin, disiplin, dan berani mengambil peluang yang ada.
Seseorang yang menjalankan kegiatan bisnis maka sewajarnya dia melakukan penjualan produk (barang dan/atau jasa) yang sekaligus dapat menjaga kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat di sekitar usaha. Dia tidak hanya mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya dengan merusak alam atau lingkungan. Dia tidak merugikan pihak lain ataupun menimbulkan penderitaan bagi makhluk lain. Dia selalu meraih kesuksesan, kekayaan, dan kebahagiaan melalui kata-kata yang baik, perbuatan yang baik, dan pikiran yang baik. Dia menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan Dhamma.
Dalam Dhammapada, syair 204: "Kesehatan adalah keuntungan yang terbesar; merasa puas adalah kekayaan yang paling berharga; dipercaya adalah sanak keluarga yang terbaik; dan Nibbana adalah kebahagiaan yang tertinggi."
Seorang perumah-tangga yang berbisnis haruslah menjalankannya sesuai dengan Dhamma. Dia harus berusaha supaya kegiatan usahanya sesuai dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Dia harus memilih mata pencaharian yang benar, menjauhkan dari praktik-praktik yang dapat membawa penderitaan bagi dirinya sendiri atau makhluk lain.
Dalam ajaran Buddhis, seseorang seharusnya menghindari kegiatan menjual beli makhluk, menjual beli manusia, berdagang senjata, menjual racun, dan menjual minuman keras yang dapat menyebabkan mabuk atau ketagihan.
Seseorang yang telah memperoleh kekuasaan atau yang telah mengumpulkan kekayaan dengan cara yang baik dan benar sesuai dengan kemampuan, keterampilan, kerja keras, memunculkan kreativitasnya setiap saat, berani mengambil risiko dalam setiap kesempatan yang ada, selalu mengembangkan networkingnya, selalu rendah hati, dan penuh tanggung jawab. Dengan kekuasaan dan kekayaan yang dimilikinya, seseorang harus memanfaatkan kekuasaan dan kekayaannya dengan baik dan tepat sasaran.
Dia harus mengalokasikan penggunaan kekayaannya dengan baik. Seseorang harus menikmati kekayaan dengan baik pada tempat yang benar dan cara yang benar; melakukan investasi pada bidang usaha yang tepat supaya dapat menghasilkan keuntungan ataupun arus kas masuk bersih bagi pihak lain, khususnya bagi dirinya sendiri; melakukan kebaikan-kebaikan melalui pemberian dana secara bijaksana; dan menyimpan kekayaannya untuk digunakan pada saat diperlukan.
Contoh penggunaan kekayaan yang tidak baik adalah suka meminum minuman keras atau mengkonsumsi obat-obat terlarang, suka berkumpul dengan teman-teman di tempat hiburan malam, pulang rumah larut malam atau menjelang subuh, berjudi dalam bentuk apapun, dan menjadi bermalas-malasan karena menganggap kekayaannya bisa digunakan. Â
Pengalokasian kekayaan dengan investasi ke dalam kegiatan yang benar dan perusahaan yang baik dan kinerja yang baik. Kegiatan yang benar maksudnya tidak melakukan investasi pada money game ataupun investasi bodong lainnya, tentu saja, mendatangkan penderitaan pada akhirnya.
Kinerja sebuah perusahaan dapat dilihat dari sisi penjualannya, yang selalu meningkat dari waktu ke waktu. Kinerja perusahaan selalu dinilai dari jumlah keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, namun kita juga harus melihat bagaimana likuiditas perusahaannya. Sebuah perusahaan yang penjualannya meningkat setiap saat, hasil laba yang baik, namun likuiditasnya tidak baik, pada akhirnya perusahaan tersebut juga stagnan dan mengalami kemerosotan.
Likuiditas sebuah perusahaan ditentukan oleh harta lancar dan hutang lancarnya. Yang dapat menyebabkan perusahaan terpuruk sekalipun tingkat penjualan dan keuntungannya naik adalah likuiditasnya.
Harta lancar perusahaan yang didominasi oleh tingkat piutang usaha dan persediaan barang dagangan yang sangat tinggi memiliki risiko. Jika nilai piutang usaha tinggi dan sebagian besar piutang tersebut tidak dapat ditagih, akan menjadi piutang tak tertagih yang akan dilaporkan dalam laporan laba rugi yang akan mengurangi laba pada tahun di masa mendatang.
Demikian juga persediaan barang yang bertumpuk di gudang, tidak dapat menutupi kemungkinan adanya kerusakan, kadaluarsa, hilang, dan lainnya -- akan menjadi beban yang mengurangi keuntungan perusahaan di tahun-tahun berikutnya.
Pengalokasian dengan pemberian dana, dapat dialokasikan untuk menyokong para Sangha, menumbuhkan Dhamma, dan membantu masyarakat yang membutuhkan.
Artikel tentang berdana sudah banyak diuraikan dalam artikel-artikel terdahulu oleh teman-teman penulis Mettasik yang dapat dibrowse dalam kompasiana.com.
Pengalokasian kekayaan untuk disimpan merupakan hal yang sangat baik dan penting.
Kita semuanya sudah mengalami masa pandemi COVID-19, tentu saja, kita masih ingat pada masa pandemi, banyak perusahaan melakukan perampingan secara besar-besaran, sehingga banyak rumah tangga yang menjadi pengangguran.
Salah satu cara untuk dapat bertahan pada masa krisis di pandemi adalah dengan menarik tabungan yang ada. Kebiasaan menabung harus kita turunkan kepada anak cucu kita dan menjadikannya menjadi suatu kebiasaan.
Dalam ajaran Buddha, seseorang diperkenankan untuk menjadi sukses, kaya, dan berkuasa. Dia harus meraihnya dengan cara yang baik dan benar sesuai dengan kemampuan dan kreativitasnya dengan selalu menerapkan Jalan Mulia Berunsur Delapan.
Seseorang yang telah kaya dan berkuasa wajib mempertahankan kekayaannya dengan melakukan alokasi yang tepat. Harta seseorang dapat dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan bagi dirinya sendiri, menempatkan hartanya pada investasi yang tepat, melakukan kebajikan dengan berdana, dan menyimpan kekayaannya di bank untuk digunakan pada saat diperlukan.
Semoga semua makhluk memenuhi kebutuhannya, semoga semua makhluk berbahagia.
Salam Metta
**
Medan, 24 Oktober 2022
Penulis: Thomas Sumarsan Goh, Kompasianer Mettasik
Long Life Learning
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H