Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenalkan, Jagoan Kita Semua, Mr./Ms. E...

23 Oktober 2022   19:48 Diperbarui: 23 Oktober 2022   19:55 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita berniat, berucap, dan bertindak itu jauh lebih kerap secara tidak sadar. Artinya  hanya memperturutkan kebiasaan dan pola-pola otomatis pikiran belaka.

Setiap bangun pagi, kita otomatis melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sama yang sudah biasa kita lakukan setiap hari bertahun-tahun sambil memikirkan hal-hal yang mungkin ya, itu-itu juga. Dan selanjutnya siang, sore, dan malam hari, tubuh kita menuntut kita melakukan yang sudah biasa sambil pikiran kita memikirkan hal-hal yang sama pula. Kita pun bereaksi serupa terhadap situasi-situasi di luar, orang-orang lain, dan dunia ini. Hidup yang otomatis. Terprogram sebagai "personality". Tidak sadar.

Ironisnya, kendati niat dan pikiran itu-itu juga dan melakukan hal yang sama setiap hari, kita masih berharap nasib kita akan berubah dan kehidupan akhirnya menjadi menyenangkan dengan sendirinya. Atau berharap ada kejutan yang membahagiakan. Berkhayal seorang yang diidamkan dan rupawan mendadak takluk dan menyusup ke dalam pelukan.  ... Berharap tiba-tiba cahaya datang menerangi jalan gelap dan buntu. Berharap ada yang jatuh nomplok dari langit. ...

Nyatanya, yang ada cuma tahi tokek nomplok dari langit-langit. ....

Demikianlah, kita sebenarnya mahluk terprogram. Terdikte oleh kebiasaan-kebiasaan yang sudah melekat, termasuk pola-pola pikir, dan terutama itu. Pikiran tidak sadar itu mirip program atau software di dalam diri: pola-pola yang terbentuk dari seluruh pengalaman, persepsi, pengetahuan, dan kebiasaan- kebiasaan rutin yang sudah tidak bisa tidak.

Konon, pikiran sadar kita itu hanya 10 persen dari kapasitas pikiran yang menggerakkan hidup kita. Itulah pikiran bening hening ketika kita diam dan berhenti mengandalkan putaran roda mesin pikiran. Keadaan meditatif yang kusebut default 0:0.

Ketika kita akhirnya bisa diam, dan pikiran tidak lagi sibuk mengolah cerita-cerita, kita sebenarnya bisa mulai mencipta. Menciptakan masa depan, mengadakan perubahan, dan sesuai dengan kapasitas kita, mungkin mulai mengundang apapun yang kita hasratkan.

Dalam kondisi terprogram, tidak sadar, kita sering berniat, berucap, dan bertindak berdasarkan skenario pikiran yang masternya adalah Mr. of  Ms.E (ego), sosok yang diciptakan oleh pikiran dan kita kira adalah diri kita yang sejati!

Mr/Ms E ini senang dan bahkan terobsesi untuk mengangkat diri sebagai sutradara besar  dengan menjadikan orang-orang lain sebagai pemeran pembantu. ... Dan tentu saja selain dirinya adalah sang sutradara, dia adalah juga pemeran utama, bintang dalam kisah heroik yang disutradarainya.

Maka kita mendengar ada jenderal yang menghabisi ajudannya dan berharap beratus juta manusia Indonesia percaya pada skenario tidak-masuk-akalnya.  Ada Pejabat Tak Becus Kerja yang Gagal Bolak-balik ingin jadi presiden di Republik Ribet Raya, ada  provokator-provokator piktor dan  UUD yang merasa pahlawan, dan berharap dipuja-puji sebagai justice warrior, dlsb, dll. dst. ....

Berkat dikte pikiran tidak sadarnya, terlalu banyak sudah Mr/Ms E yang bertindak bablas, sambil terus merasa diri paling benar dan terbaik di kelasnya. ... Kita tinggal membuka kanal TV atau membaca  berita daring untuk mendapatkan contohnya. ...

Itu baru kejanggalan dan ironi-ironi yang terberitakan. Sebenarnya, setiap hari di seluruh dunia ini, cuma itu yang terjadi: tiada berhingga drama manusia tidak sadar yang berakibat menyengsarakan diri sendiri dan juga orang-orang yang dipaksa dan terpaksa ikut bermain dalam skenario Mr/Ms. E ini.

Tidak heran bila kita kemudian menyaksikan betapa setiap orang hanya repot membersihkan kekusutan dan kekacauan yang menjadi konsekuensi logis perbuatan-perbuatannya sendiri. ...

Tetapi jangan tegur atau ingatkan dia. Dia pasti berang! Dia bisa mengerahkan mesin pikirannya untuk menbantah, menyangkal, dan menyodorkan skenario baru yang lebih ribet lagi! Biarkan saja dia terpuruk ke situasi terburuk dan akhirnya dipaksa sadar oleh takdirnya.

Manusia baru insaf setelah dijebloskan ke balik jeruji. Itu pun sedikit sekali yang  beruntung bisa insaf. Baru sadar sudah bablas mengabaikan gaya hidup bila dia sudah terbaring sakit tak berdaya. Itu pun kalau mau mengakui betapa keliru gaya hidupnya selama ini. Banyak juga yang lanjut dalam penyangkalan tiada bertepi hingga maut menghampiri. ...

Apapun yang kita hadapi saat ini tiada lain hanyalah konsekuensi-konsekuensi logis dari niat, tindakan, ucapan, dan sikap-sikap kita sendiri yang digerakkan oleh program yang tertanam nun di dalam kesadaran. ...

Jadi, sadarlah! Jangan biarkan Mr/Ms. E mengatur skenario hidupmu. Hiduplah secara sadar. Hiduplah  sebagai manusia yang merasakan hidup. Hidup yang bukan di sana nun di takdir dan kisah-kisah manusia lain, melainkan di pedalaman diri  Bukan pula di sisa-sisa kejayaan masa lalu atau di surga yang masih nanti, melainkan persis di sini dan pada saat ini apapun yang ada, seperti mahluk satu  ini. ...

sumber: dokpri
sumber: dokpri

**

Kuta Selatan, Bali, 23 Oktober 2022
Penulis: Rany Rachmadani Moediarta, untuk Kompasianer Mettasik

Mantan Jurnalis | Penulis Novel | Penerjemah Buku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun