Seiring waktu, ketika saya berusaha melakoninya dari sesi ke sesi, dari hari ke hari, ternyata kegiatan ini terasa mengasyikkan. Memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan umum kepada mahasiswa-mahasiswi baru memberikan suatu kebahagiaan tersendiri. Rasanya senang melihat orang lain bisa memahami apa yang saya ajarkan dan menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Dan ketika nilai-nilai mereka mulai berubah dari E menjadi C, dari D menjadi B, sementara saya ikut lulus mata kuliah tersebut, muncullah suatu perasaan....priceless...yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata apapun. Momen inilah yang mengubah kehidupan saya selanjutnya.
Saya belajar bahwa dengan berbagi kepada sesama, kita akan mendapatkan apa yang kita butuhkan.Â
Dari semester ke semester, semakin banyak mahasiswa-mahasiswi muda yang meminta bantuan saya untuk mengajari mereka. Selama itu pula, nilai-nilai saya pun membaik, hingga akhirnya saya bisa lulus kuliah pada tahun 2009 dan menghindari drop out.
Saya seolah menemukan IKIGAI saya.
Jadi siapa bilang bahwa kegagalan selalu buruk? Mungkin malah kegagalan itu mengantarkan kita pada kesuksesan.
Sejak saat menemukan tujuan hidup saya untuk senantiasa berbagi ilmu pengetahuan dan wawasan umum tahun 2007-2009, semangat dalam jiwa ini mulai timbul. Berikutnya, saya tahu benar bahwa saya akan berkarya di dunia pendidikan, sehingga saya pun rajin melamar pekerjaan sebagai guru. Selepas lulus sebagai Sarjana Ekonomi, saya pun bertekad untuk menjadi tenaga pendidik di sekolah-sekolah, karena saya paham bahwa di luar sana, pasti banyak anak-anak muda yang bisa saya bantu.
Meskipun demikian, apa yang saya kerjakan bukanlah tanpa tantangan. Dalam tiga bulan pertama saya memulai karir di sebuah sekolah formal di wilayah Lippo Karawaci, saya menghadapi "badai" karena ketidakmampuan mengelola kelas. Banyak orang tua siswa berbondong-bondong menemui saya untuk menuntut penjelasan, sementara keadaan kelas cukup berantakan dan kacau-balau. Ditambah lagi, saya masih membutuhkan waktu untuk berbaur dengan para guru dan staf di sekolah itu.
Di titik terendah, sempat saya curhat kepada seorang guru senior bahwa saya tidak mampu mengajar dan ingin quit sebagai guru.
Akan tetapi, beliau malah berkata, "Kamu boleh saja quit kalau kamu sudah bisa mengajar dengan baik. Seandainya kamu quit sekarang juga, kemudian bekerja di tempat lain, maka kamu akan menemukan masalah yang sama -- atau mungkin lebih berat. Apabila kamu saja tidak bisa menyelesaikan masalah ini, maka sampai kapanpun kamu akan selalu lari dari masalah. Masalah kamu tidak selesai, namun kamu malah membuat masalah bagi dirimu sendiri dan orang lain di tempat lain"
Seketika itu, saya pun tercerahkan.
Sadarilah bahwa masalah selalu ada dalam hidup. Carilah sebab-musabab masalahnya. Optimislah bahwa masalah akan selesai. Yang terakhir, hadapilah masalah itu dengan solusi, bukan malah menyerah begitu saja. Lakukanlah hal itu dengan penuh semangat. Kita tidak akan pernah tahu potensi kita apabila kita tidak berusaha mencobanya.
Akhirnya, saya pun tetap mengajar sambil mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Pada tahun ke-8 saya mengabdi sebagai guru, yaitu tahun 2018, saya dipercaya sebagai kepala sekolah hingga saat ini. Â Semua itu tidak mungkin dicapai seandainya saya tidak gagal dalam menempuh pendidikan sejak awalnya.