Air dalam agama Buddha menjadi lambang atau simbol ajaran Buddha (Dhamma) yang dapat membersihkan diri kita dari kekotoran batin.
Selain untuk membersihkan yang kotor, air juga menjadi sumber kehidupan. Sifat air juga dapat menyesuaikan dengan bentuk lingkungannya, selalu menuju ke tempat yang lebih rendah, dan meski terlihat lemah namun bisa menjadi sangat dahsyat (misal dalam kasus terjadinya banjir bahkan tsunami).
Kita patut mencontoh berbagai karakter baik dari air dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Niscaya kualitas diri dan kehidupan yang lebih baik akan menjadi milik kita.
13. Buah dan Makanan
Buah, dan kadang makanan, yang ada di altar Buddha bukanlah persembahan atau sajian kepada Buddha karena Beliau tidak akan menikmatinya. Buah dan makanan adalah lambang atau simbol penghormatan kepada Guru Agung Buddha yang telah mengajarkan Dhamma dan mencontohkan praktiknya.
Selain itu, buah melambangkan atau menyimbolkan Hukum Karma. Selagi masih di arus samsara, belum mencapai tingkat kesucian Arahat, makhluk-makhluk masih akan melakukan perbuatan (karma/kamma) yang buah atau hasil atau akibatnya akan diterima oleh makhluk pelaku perbuatan tersebut di kemudian waktu, entah kapan, entah di mana, dan entah bagaimana.
14. Swastika
Swastika dalam agama Buddha berbentuk seperti lambang Nazi tetapi dengan arah kaki-kaki yang berkebalikan. Di lambang Nazi, arah kaki sesuai arah jarum jam; sedangkan di swastika, arah kaki berlawanan dengan arah jarum jam.
Swastika menjadi lambang atau simbol keadaan baik. Juga menjadi lambang atau simbol kehidupan suatu makhluk yang terus-menerus berputar selagi makhluk tersebut masih di arus samsara. Swastika juga digunakan sebagai lambang atau simbol kesejahteraan dan hidup panjang.
**
Tangerang, 13 Oktober 2022
Penulis: Toni Yoyo, Kompasianer Mettasik