Saya lalu merenung...
Semua sebenarnya karena saya belum bisa melepas. Saya masih menggenggam erat apa yang panca indera senangi. Saya masih memiliki ka-Aku-an yang begitu kuat menjerat. Sehingga itulah, sampai detik ini, saya masih terjebak.
Tapi sekali lagi, susah bukan berarti mustahil...
Caranya adalah selalu sadar setiap saat. Mengawasi setiap fenomena yang timbul tenggelam. Memahami kesenangan sebagai ilusi sesaat, begitu pula ketidaksenangan sebagai delusi tidak tetap. (anicca)
Lalu kesadaran terhadap fenomena ini, mampu membuatku berpikir lebih jernih. Bahwa sesungguhnya keAkuan itu tidaklah nyata. Kehidupan ini bukan tentang Aku, bukan Aku yang menentukan, dan bukan Aku yang tahu pasti. (anatta)Â
Batin yang masih terkontaminasi kilesa bagaikan kulit yang dilekat oleh lintah. Sementara kesadaran bagaikan minyak pelicin yang dioleskan pada kulit. Lintah pun tidak akan bisa melekat.
Untuk menjaga batin yang senantiasa tersadarkan, praktik meditasi harus dijalankan secara rutin. Meditasi tidak akan mengubah dunia, tapi meditator yang baik akan mampu mengubah sudut pandangnya. Khususnya dalam melihat perubahan.
Meditasi adalah praktik kesadaran untuk melihat setiap fenomena yang muncul dari kesenangan indriawi. Meditasi akan membantu kita untuk lebih mudah mendeteksi munculnya Lobha, Dosa, dan Moha. Dan praktik meditasi akan mampu menyadarkan diri kita, siapakah Aku yang sebenarnya.
Jika semua ini dipahami, adakah jaminan Nibbana akan datang menyerta?
Tidak Ada, tapi paling tidak usaha tidak akan mengkhianati hasil. Cobalah berdiam diri untuk sesaat, fokuskan pikiran pada setiap helai napasmu. Rasakan setiap hembusan yang keluar masuk.
Jika untuk sesaat Anda mampu untuk tidak memikirkan apa-apa, maka itu adalah secercah Nibbana yang baru saja Anda temukan.