Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Empat Syukur Lima Sempurna

9 Oktober 2022   06:06 Diperbarui: 9 Oktober 2022   06:08 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Empat Syukur Lima Sempurna (gambar: jovee.id, diolah pribadi)

Saat Bodhisatta tercerahkan dan berhasil meraih kebuddhaan, Beliau sesungguhnya tidak lagi memiliki suatu kewajiban apa pun kepada siapa pun dan dengan alasan apa pun. TugasNya sudah selesai, Beliau telah menjadi makhluk paripurna yang sungguh-sungguh merdeka, tak bergantung pada siapa atau apa pun. Tetapi atas dasar welas asih-Nya yang sempurna atas "kemalangan" yang akan menimpa makhluk-makhluk bila tak mengenal Dhamma, Buddha kemudian bersedia mengajarkan Dhamma kepada kita. 

Kita bersyukur dan berterima kasih kepada Buddha atas pengajaran-Nya yang sempurna dengan cara mempraktikkan ajaran-ajaran-Nya hingga meraih tataran-tataran pencerahan seperti yang telah diraih oleh Beliau dan para siswa Arya, karena itulah bentuk syukur dan terima kasih yang Buddha inginkan kita haturkan kepada Beliau.

Secara personal, saya merenungkan tentang rasa syukur ini. Bahwa tanpa Buddha mengajarkan Dhamma-Nya, dan tanpa saya memiliki cukup kamma baik untuk mengenal Dhamma-Nya, tak terbayangkan betapa berat dan sulit hidup saya. Betapa banyak kegalauan dan derita tak perlu yang akan saya alami dalam hidup ini. 

Namun Dhamma menunjukkan bahwa ada hal-hal di dunia ini yang bermanfaat untuk dilakukan, dan ada hal-hal yang seharusnya dihindari karena tak bermanfaat serta bahkan membahayakan. Petunjuk dari Dhamma sangat jelas dan presisi, yang kadang-kadang bahkan mencengangkan karena kita terlalu biasa menganggap suatu hal sebagai kewajaran namun Dhamma menunjukkan itu adalah kesia-siaan belaka.

Bersyukur Memiliki Kesempatan untuk Mengenal dan Mempraktikkan Dhamma

Di dunia kita, mungkin ada ratusan atau jangan-jangan ribuan jenis ajaran spiritual. Sebagian dari mereka telah punah, sebagian bertransformasi menjadi bentuk yang lebih modern. Sebagian dari ajaran itu mengajarkan hal-hal yang bagi kita kini terasa aneh dan sulit dipercayai, sebagian lagi memiliki muatan-muatan kebajikan universal yang bisa diterima dalam kebudayaan apa pun.

Buddhisme adalah ajaran spiritual dengan kandungan nilai-nilai kebajikan universal sekaligus unik sendiri. Seperti pada ajaran-ajaran yang masih eksis hingga kini, pada Buddhisme kita juga bisa menemukan pengajaran tentang cinta kasih, penghormatan, pemgembangan kebjiksanaan, kedermawanan, pelepasan, semangat untuk kebaikan, penghargaan pada kehidupan. Namun dalam Buddhisme nilai-nilai itu juga unik sendiri karena memiliki definisi dan penjabaran yang lebih mendalam dan detil.

Ambil contoh cinta kasih

Pada Buddhisme, cinta kasih dijabarkan bukan sekadar rasa sayang kepada sesama manusia, tetapi dipancarkan kepada semua makhluk yang terlihat maupun tak terlihat yang berkaki satu, dua, empat dan tak berkaki, dan seterusnya. Dan praktik moralitas Buddhis pun tidak mengenal "pembenaran" untuk suatu perbuatan yang buruk: dalam Buddhisme, pembunuhan adalah pembunuhan selama persyaratannya telah terpenuhi, tak peduli apa pun alasannya.

Karena kandungan ajaran yang detil dan unik ini, yang tak kenal kompromi pada hasrat-hasrat primitif manusia seperti upacara pengorbanan dan pandangan akan kekekalan yang di ajaran-ajaran tertentu masih diakomodasi, tak heran bahwa tak banyak manusia yang tertarik menjadi Buddhis. Manusia, kita tahu, adalah makhluk yang menyukai jalan pintas yang serba mudah. Bila suatu ajaran terasa terlalu berat walaupun menawarkan solusi pamungkas bagi derita kita, kebanyakan orang akan memilih yang mudah dan menghibur saja.

Lahir sebagai manusia, memiliki kesempatan untuk mengenal dan mempraktikkan ajaran yang luar biasa ini, adalah suatu keberuntungan yang bisa jadi tak terulang di kehidupan berikutnya.

Bersyukur Lahir di Negeri yang Baik dan Kondusif bagi Perkembangan Batin

Salah satu dari Berkah Utama yang dibabarkan Buddha adalah bertempat tinggal di tempat yang sesuai. Secara ringkas yang dimaksud dengan tempat yang sesuai adalah tempat di mana kita bisa mempraktikkan moralitas, pengembangan batin dan kebijaksanaan dengan baik. Dalam lingkup negara, tempat yang sesuai merujuk ke sebuah negara yang aman dan damai, yang tidak dalam keadaan berperang dengan negara lain. Selain itu, keadaan iklim juga dapat dianggap sebagai tolok ukur suatu tempat masuk kategori tempat tinggal yang sesuai untuk praktik Dhamma. Tempat atau negeri itu haruslah tidak terlalu dingin, tidak terlalu panas, tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah, serta tidak sering terjadi bencana alam.

Negeri kita tercinta ini mungkin saja masih belum mencapai tataran negeri adil makmur sejahtera. Banyak pengalaman berbangsa dan bernegara yang hingga kini mungkin masih membuat kita kecewa dan kadang-kadang menyesal lahir di negera seeperti NKRI ini. Misalnya tentang praktik-praktik korupsi yang masih saja tak jera-jera dipraktikkan oleh banyak kalangan, terang-terangan maupun gelap-gelapan atau setengah remang-remang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun