Sila-sila yang lain juga saya yakin pernah melanggarnya baik di masa lalu atau di kehidupan-kehidupan sebelumnya.
Beruntung saya masih memiliki timbunan kamma baik yang mengarahkan saya bertemu teman-teman baik yang mengajak ke vihara dan belajar Dhamma.
Perjuangan belum selesai, setelah belajar Dhamma, pelanggaran juga masih terjadi meskipun lebih sedikit. Secara logika bisa diterima, namun dalam prakteknya seringkali kalah oleh pengaruh lingkungan, dan kadang kalah oleh ego sendiri yang masih serakah atau tidak suka.
Bagaimana ya caranya supaya bisa lebih menang dan konsisten menjalankan sila?
Saya pernah belajar bela diri Aikido, setiap kali latihan seringkali latihan gerakan dasar di ulang-ulang. di awal-awal saya merasa bosan kenapa di ulang lagi, kan sebelum-sebelumnya sudah dikasih. kasih lagi yang baru dong. namun lama-lama saya menyadari bahwa setiap gerakan yang di ulang membuat semakin halus dan otomatis, karena terekam di bawah sadar.
Begitu pula menjalankan sila, setiap kali puja bakti, atau hari Uposatha, kita mengulang lagi membacakan Pancasila atau Atthasila Buddhis. Sehingga sering diingatkan untuk latihan lagi, latihan lagi, agar semakin halus dan semakin otomatis, sehingga ketika potensi pelanggaran mulai muncul, lebih terampil mengatasinya. Ibarat perjalanan ke sebuah lokasi dengan melihat peta. Semakin sering peta tersebut dilihat, maka semakin masuk ke ingatan, sehingga lebih waspada terhadap jalan yang dilalui.
Moralitas yang saya terus latih tidak selalu berjalan mulus, karena masih adanya kotoran batin. untuk itu perlu juga melatih kebijaksanaan agar semakin tajam mengenali kotoran batin yang kadang bermunculan, agar tidak berlanjut ke ucapan dan perbuatan.
Lingkungan Pergaulan
Dari pengalaman hidupku, penting untuk menjaga lingkungan pergaulan, karena kotoran batin yang masih tebal mudah sekali berkembang seperti kanker ketika berjumpa dengan lingkungan yang cocok, namun tidak akan bisa berkembang jika tidak berada di lingkungan yang cocok.
Apa itu lingkungan yang cocok? yakni Kalyanamitta, teman-teman yang memiliki visi yang sama dan sama-sama berjuang melatih moralitas. disana kita bisa saling menyemangati dan saling mengingatkan satu sama lain. Ini sesuai dengan yang disampaikan Sang Buddha dalam Mangala Sutta, bergaul dengan orang yang bijak itulah berkah utama.
Teman yang baik akan mengingatkan kecerobohan yang kita lakukan, misalnya mengingatkan resleting tas yang belum tertutup saat dibawa bepergian. Ketika kita sadar sepenuhnya, hidup pada saat ini, maka kejadian tadi tidak akan terjadi. Namun sepanjang hidup kita kadang sadar, kadang tidak sadar. maka perlu teman-teman yang saling mengingatkan.
Dalam perjalanan hidup saya, saya akhirnya bertemu dengan teman-teman meditasi dan beberapa kali mengikuti retreat meditasi. Disini saya menemukan pentingnya meditasi untuk mengikis kotoran batin agar sumber-sumber pemicu pelanggaran moral menjadi semakin berkurang.
Baca buku Dhamma atau mendengarkan Dhamma itu penting, Praktik Dhamma juga penting, Namun akan lebih kokoh pelaksanaan Sila kita, jika disertai dengan evaluasi batin, mempertajam kesadaran batin terhadap munculnya kotoran yang sudah menumpuk begitu lama. Dengan kesadaran yang semakin baik, pertanyaan seperti "Apakah yang akan saya lakukan atau ucapkan sesuai Sila?" akan lebih sering muncul sebelum berucap atau berbuat.