Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pembebasan Menuju Kesembuhan dan Kebahagiaan

5 Oktober 2022   05:05 Diperbarui: 5 Oktober 2022   05:07 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu kebahagiaan? Dalam versi Buddhis, kebahagiaan terjadi ketika kita mampu membahagiakan orang lain, ketika kita mampu membebaskan diri dari belenggu kebencian, dan mampu memiliki sugesti diri yang positif.  Begitu pula dengan yang penulis yakini. Bagaimana menurut para pembaca? Masing-masing kita memiliki kriteria yang berbeda-beda tentang apa itu bahagia.

MAHATMA GANDHI mendefinisikan kebahagiaan adalah apabila apa yang anda pikirkan dan katakan berjalan sesuai harapan. Sedangkan WAYNE DYER memiliki pendapat bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang berasal dari cara anda berpikir. ARISTOTLE menghubungkan kebahagiaan dengan makna dan tujuan hidup.

"Mak, kami mau ke Vietnam, mamak ikut ya" seperti biasanya kalau si anak bepergian dia suka mengajak mamaknya.

"Tapi mamak ajak teman ya, kata teman mamak dia udah lama pengen ke Vietnam"

"Ya gak apa-apa mak, ajak saja. Kalau sudah ok minta paspor nya ya Mak. Nanti saya daftarkan ke travel agentnya. Bayarnya nanti saja kalau sudah dihubungi oleh travel agentnya."

Akhirnya jadilah kami berangkat ke Vietnam.

Awalnya kami menikmati perjalanan ini dengan baik. Tetapi di hari ketiga, mamak merasa tak enak badan dan perutnya sangat sakit. Mamak menolak ke rumah sakit, karena dia anggap sakitnya karena masuk angin, maka obat-obatan yang  dia bawa pun menjadi penangkal sakitnya. Besoknya mamak sudah kelihatan segar kembali. Perjalanan dilanjutkan lagi dengan senang hati.

Satu hari sebelum pulang, kami dibawa ke pasar malam untuk berbelanja. Saat itu, kembali mamak sakit perut, saya dan suami membawa mamak balik ke hotel untuk beristirahat dan kembali obat-obatan yang dia bawa menjadi penangkal sakitnya.

"Mak, mamak harus ke dokter kalau sudah sampai di Medan ya."

"Gak usahlah, Cuma masuk angin saja. Buktinya sudah sembuh sekarang."

Seperti biasa, mamak selalu menolak kalau disuruh ke dokter, obat andalannya ada di rumah.

Satu babak sudah terlewati, kami sampai di Medan dengan selamat. Mamak kembali ke rumah dan kami balik ke Pangkalan Kerinci.

Beberapa bulan berselang, sakit perut mamak makin menjadi-jadi. Mamak tidak bisa lagi menolak ke dokter, karena obat andalannya tidak lagi ampuh menghilangkan sakitnya. Badannya semakin kurus.

Keringat dingin mengucur sampai bisa membasahi bantalnya saat menahan sakit. Dokter belum menemukan sumber penyakitnya. Segala macam test dilakukan. Mulai dari dokter umum, spesialis penyakit dalam sampai ke dokter kandungan. Diagnosa dokter tidak memuaskan - kolesterol terlalu tinggi.

Tidak puas dengan kabar melalui telepon, kami pulang ke Medan untuk melihat langsung kondisi mamak. Setelah berembuk dengan keluarga. Kami putuskan membawa mamak ke Penang untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik.

Kami kembali ke Pangkalan Kerinci. Mamak ditemani oleh abang dan kakak menuju ke Penang. Setelah menjalani beberapa pemeriksaan vonis dokter sangat mengejutkan dan menakutkan, terdeteksi usus mamak ada tumornya. 

Hasil biopsi menyatakan bahwa tumor tersebut adalah kanker yang sudah stadium 2. Harus segera diangkat. Maka setelah menjalani prosedur, mamak di operasi, pengangkatan tumor dilakukan.

Apa yang terjadi dengan penulis? Apakah hanya bisa menangis menunggu kabar dari kakak dan abang yang menjaga mamak di sana? 

Kesabaran menunggu kabar tidak pernah terjadi, yang terjadi adalah telepon roaming terus -- menerus, dan suami penulis pun mengambil inisiatif yang bijaksana. Tiket pesawat saat itu tidak mahal, dibandingkan dengan biaya telepon yang luar biasa. Berangkatlah penulis ke Penang untuk melihat langsung kondisi Mamak.

Sesampainya di rumah sakit, yang bisa dilakukan hanya berdoa dan berdoa. Abang kembali ke Medan. Tinggallah penulis dengan kakak yang menjaga Mamak. Kondisi mamak semakin hari semakin membaik. 

Satu minggu kemudian, pada kunjungan dokter di pagi hari, dengan membawa hasil biopsi pasca operasi, memberi kabar bahwa kanker mamak sudah di stadium 3 dan harus menjalani kemoterapi.

Penulis dan kakak berunding bagaimana membujuk mamak untuk mau menjalani terapi kemoterapi ini. Walaupun sudah dibujuk beberapa kali, Mamak tetap menolak menjalani terapi tersebut. Akhirnya dokter mengizinkan mamak pulang, diharapkan balik ke rumah sakit sebulan kemudian untuk menjalani Kemoterapi.

Penulis mengurus segala kebutuhan Mamak menjelang keluar dari rumah sakit. Setelah itu penulis balik ke Pangkalan Kerinci karena abang penulis sudah tiba lagi di Penang menemani kakak dan Mamak.

Satu bulan kemudian, seluruh keluarga masih belum berhasil membujuk Mamak untuk menjalani kemoterapi.

"Kalau kalian ingin melihat Mamak untuk beberapa tahun lagi, jangan paksa mamak untuk kemoterapi, kecuali kalian hanya cukup melihat Mamak hidup selama beberapa bulan saja". Inilah yang Mamak bilang ke penulis. Ngeri memikirkan kalimat ini, maka tidak ada lagi yang membujuk Mamak.

Kejadian ini sudah berlangsung lebih kurang 6 tahun, Mamak sekarang baik-baik saja. Tidak ada gejala yang mencemaskan. Kalaupun Mamak kadang-kadang sakit, itu karena usia tua. Mamak sekarang sudah berusia 84 tahun.

Kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan oleh penulis sebagai anak karena memiliki Mamak yang begitu luar biasa.

Beberapa hal yang menjadi kekuatan Mamak sehingga mampu bertahan melawan kanker ususnya adalah :

Mamak selalu berbicara kepada Tuhan, begitu yang selalu Mamak katakan, padahal menurut istilah umum adalah berdoa.

Mamak memberi sugesti diri yang begitu kuat dengan selalu mengatakan bahwa dia tidak pernah mengidap penyakit kanker, daging busuk yang ada di usus nya adalah sampah dan kalau sampah sudah dibuang maka sudah selesai. SEDERHANA BUKAN?

Mamak tidak pernah membenci keadaan apapun yang dia hadapi, siapapun yang telah menyakiti hatinya. Mamak bebas dari kemelekatan ini.

Beberapa hal ini nampaknya sangat sederhana, tapi bisakah kita melakukannya? Kemampuan Mamak untuk pembebasan dan kesembuhan ini adalah kebahagiaan keluarga besar kami.

Tulisan ini penulis persembahkan kepada sahabat penulis yang sedang berjuang Miss. Tania Salim. Semoga artikel ini mampu menambah semangat perjuangannya. Tidak ada yang mustahil dalam setiap kondisi. Teruslah berbuat kebajikan, memupuk karma baik, dan selalu berada dalam koridor Buddha Dharma.

**

Pangkalan Kerinci, 05 Oktober 2022
Penulis: Djuwita Ratna, Kompasianer Mettasik

Pendidik | Koordinator 11 Sekolah Hutan Taman Industri Riau

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun