Penulis dan kakak berunding bagaimana membujuk mamak untuk mau menjalani terapi kemoterapi ini. Walaupun sudah dibujuk beberapa kali, Mamak tetap menolak menjalani terapi tersebut. Akhirnya dokter mengizinkan mamak pulang, diharapkan balik ke rumah sakit sebulan kemudian untuk menjalani Kemoterapi.
Penulis mengurus segala kebutuhan Mamak menjelang keluar dari rumah sakit. Setelah itu penulis balik ke Pangkalan Kerinci karena abang penulis sudah tiba lagi di Penang menemani kakak dan Mamak.
Satu bulan kemudian, seluruh keluarga masih belum berhasil membujuk Mamak untuk menjalani kemoterapi.
"Kalau kalian ingin melihat Mamak untuk beberapa tahun lagi, jangan paksa mamak untuk kemoterapi, kecuali kalian hanya cukup melihat Mamak hidup selama beberapa bulan saja". Inilah yang Mamak bilang ke penulis. Ngeri memikirkan kalimat ini, maka tidak ada lagi yang membujuk Mamak.
Kejadian ini sudah berlangsung lebih kurang 6 tahun, Mamak sekarang baik-baik saja. Tidak ada gejala yang mencemaskan. Kalaupun Mamak kadang-kadang sakit, itu karena usia tua. Mamak sekarang sudah berusia 84 tahun.
Kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan oleh penulis sebagai anak karena memiliki Mamak yang begitu luar biasa.
Beberapa hal yang menjadi kekuatan Mamak sehingga mampu bertahan melawan kanker ususnya adalah :
Mamak selalu berbicara kepada Tuhan, begitu yang selalu Mamak katakan, padahal menurut istilah umum adalah berdoa.
Mamak memberi sugesti diri yang begitu kuat dengan selalu mengatakan bahwa dia tidak pernah mengidap penyakit kanker, daging busuk yang ada di usus nya adalah sampah dan kalau sampah sudah dibuang maka sudah selesai. SEDERHANA BUKAN?
Mamak tidak pernah membenci keadaan apapun yang dia hadapi, siapapun yang telah menyakiti hatinya. Mamak bebas dari kemelekatan ini.
Beberapa hal ini nampaknya sangat sederhana, tapi bisakah kita melakukannya? Kemampuan Mamak untuk pembebasan dan kesembuhan ini adalah kebahagiaan keluarga besar kami.