Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hidup Lebih Sehat dengan Puasa

18 September 2022   05:59 Diperbarui: 18 September 2022   06:02 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hidup Lebih Sehat dengan Puasa (gambar: healthline.com, diolah pribadi)

Kini saya semakin yakin bahwa salah satu cara untuk menjaga kesehatan badan adalah dengan mengurangi asupan makanan alias berpuasa. Setidaknya ada sejumlah sumber yang menjelaskan tentang manfaat puasa, yang menjadi pertimbangan bagi saya untuk mempraktikan dalam keseharian.

Pertengahan 1988, tanpa sengaja, saya mulai berlatih latihan tidak makan setelah tengah hari. Bukan karena keinginan, namun karena kondisi yang ada. Dari terpaksa akhirnya menjadi kebiasaan. Akhirnya terus berlanjut karena saya menjalani kehidupan di lingkungan vihara. Saya sempat juga berlatih untuk makan hanya sekali saja --- sekarang dikenal dengan istilah OMAD (one meal a day).

Ketika menjalani kehidupan di vihara ---baik sebagai bhikkhu, samanera, atthasilani--- tidak makan di waktu yang salah (maksudnya, setelah tengah hari hingga pagi berikutnya) menjadi latihan wajib yang dilakukan setiap hari.

Hanya ada dua kali waktu makan. Di pagi hari, sekitar pukul 07:00. Di siang hari, sekitar pukul 11:00. Setelah itu, tidak diperkenankan untuk makan (kegiatan mengunyah), kecuali sakit dan kondisi tertentu. Hanya ada minuman, kecuali susu.

Karena pernah menjalani kehidupan di vihara selama lebih dari dua tahun, saya akhirnya terbiasa tidak makan setelah tengah hari. Saya sempat juga berlatih untuk makan hanya sekali saja. Makan hanya sekali duduk saja, tidak lebih dari satu jam.

Latihan untuk tidak makan setelah tengah hari telah ada sejak zaman Buddha, sudah lebih dari duapuluh lima abad. Jangka waktu makan hanya sekitar lima jam sampai enam jam saja. Sisanya, selama delapan belas jam, lambung tidak menerima makanan lagi.

Di jaman sekarang, pola makan seperti ini dikenal dengan nama 'intermittent fasting', dengan jangka waktu puasa antara 16 jam hingga 18 jam. Perbedaan lainnya; waktu makan tidak ditentukan. Makan pertama dan kedua berjarak antara 6 jam hingga 8 jam. Sedangkan di lingkungan vihara, waktu makan merupakan keharusan. Hanya pagi hingga menjelang siang.

Intermittent fasting dikabarkan mempunyai sejumlah manfaat dalam menjaga kesehatan. Menjaga kadar gula darah, mengurangi peradangan dalam tubuh, baik untuk kesehatan otak, mencegah Alzheimer, dan sebagainya. (1), (2)

Ketika berpuasa selama enam belas jam atau lebih secara teratur, proses autophagy akan terjadi pada badan kita. Sebuah proses regenerasi sel yang terjadi secara alami. Sel akan membersihkan jaringan yang rusak di dalam badan. Autofagi sendiri terdiri dari kata auto (diri) dan phagy atau fagi (makan). Secara harfiah, jika kedua kata ini digabung maka maknanya adalah "memakan diri sendiri"

Teori tentang autophagy dikemukan oleh Yoshinori Ohsumi, seorang ahli biologi dari Jepang yang melakukan penelitian tentang sel. Temuan ini memenangkan hadiah Nobel di bidang kesehatan pada tahun 2016 silam. (3), (4). 

Bagi pemula, tentu tidak mudah berpuasa selama enambelas jam. Anda bisa mulai dari duabelas jam puasa. Kemudian secara bertahap jangka waktu puasa ditingkatkan menjadi empatbelas jam. Dan akhirnya menjadi enambelas jam puasa.

***

Sumber lain yang juga menjelaskan tentang manfaat dari mengurangi makanan adalah kisah yang terdapat dalam Doapkasutta, Sayutta Nikya 3.13. (5).

Dikisahkan, Raja Pasenadi dari Kosala, baru saja selesai menyantap satu porsi besar nasi dengan kari. Hidangan yang menggugah selera makanannya. Beliau makan sepuasanya sampai kenyang.

Dalam kondisi terenggah-enggah, Raja Pasenadi melakukan perjalanan. Dia berniat bertemu Buddha Gotama. Setelah menyampaikan salam, memberi penghormatan; si Raja duduk pada satu sisi.

Melihat kondisi raja yang kenyang; Buddha memberikan nasihat kepadanya. "Ketika seseorang senantiasa penuh perhatian, mengetahui kecukupan makanan yang ia makan. Penyakitnya berkurang. Ia menua dengan lambat, menjaga kehidupannya."

Raja Pasenadi meminta kepada Brahmana muda Sudassana yang berada di belakangnya untuk mengingat pesan Buddha tersebut. Setiap dia makan, brahmana muda harus mengingatkannya. Raja akan menganugerahkan sebanyak seratus kahapaa.

Brahmana muda Sudassana selalu mengulang syair tersebut setiap kali Raja Pasenadi makan. Secara bertahap, raja mengurangi makanan hingga hanya mengkonsumsi semangkuk kecil nasi dengan lauk secukupnya.

Raja bertambah kurus dan semakin sehat. Raja Pasenadi mengatakan bahwa Sang Buddha telah memberikan kasih sayang yang luar biasa terhadap dirinya, baik untuk kehidupan di dunia ini maupun setelahnya.

Kisah ini juga terdapat dalam Dhammapada Ahakath, syair 204; "Kesehatan adalah keuntungan yang paling besar, ...

***

Makanan memang merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan semua orang, bahkan semua makhluk. Kita tidak bisa hidup tanpa mengkonsumsi makanan.

Memang tidak ada kewajiban bagi umat Buddha yang menjalani kehidupan sebagai perumah tangga untuk berpantang makan. Yang ada, hanya anjuran. Itu pun hanya empat kali dalam sebulan; tepatnya pada hari uposatha saja.

Saya pribadi menyakini bahwa pesan Buddha tersebut, yang disampaikan duapuluh lima abad silam, sangat bermanfaat dalam menjaga kesehatan badan. Saya lebih banyak menghabiskan hari tanpa makan malam. Terkadang saya melakukan secara berkelanjutan selama sebulan atau tiga bulan.

Saya juga menganjurkan kawan-kawan yang mempunyai sakit serius untuk mencoba menerapkan pola makan ini secara bertahap. Juga memperhatikan piringnya, apa saja yang dikonsumsi.

Semoga bermanfaat.

**

Denpasar, 18 September 2022
Penulis: Dhana Putra, Kompasianer Mettasik

Dharmaduta | Penulis | Instruktur Meditasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun