Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Terima Kasih Buat Semua Dana Kebaikan yang Kudapatkan

7 September 2022   06:49 Diperbarui: 7 September 2022   07:01 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari kecil sampai besar secara sadar maupun tidak sadar, kita selalu mendapatkan dana dari orang-orang di sekitar kita.

Dana berupa materi (amisa dana), dalam bentuk tenaga (paricaya dana), dalam bentuk sikap baik yang kita terima (abhaya dana), dan dalam bentuk ilmu pengetahuan (dhamma dana).

Kali ini saya ingin membahas tentang dana yang saya dapatkan.

Tentu dari kecil, tanpa pemberian dana dari kedua orang tua kita dan lingkungan sekitarnya, tidak mungkin kita bisa tumbuh dan berkembang seperti sekarang.

Mendapatkan dana dari orang-orang terdekat seperti papa, mama, kakak, adik, suami, istri, dan anak itu sudah biasa.

Mendapatkan dana dari lingkungan sekitar dan orang yang kita kenal seperti guru-guru, tetangga kita itu juga sudah hal biasa.

Bagaimana kalau mendapat dana dari orang yang tidak kita kenal? Dan bahkan kadang kita tidak menyadarinya untuk jangka waktu yang lama.

Ada beberapa  kisah menarik tentang dana yang saya dapatkan dari orang-orang yang tidak saya kenal dan saya baru menyadarinya sesudahnya.

**

Hari itu saya diajak sama pak Jayanto buat ikut zoom tentang menulis. Jujur saya tidak terlalu kenal dengan pak Jayanto, tetapi berhubung di dalam pikiran saya suka banyak ide tentang menulis, disitulah saya tergerak buat mengikutinya.

Pas masuk zoom, saya mendapatkan dana pengetahuan dari Romo Toni Yoyo. Saya menjadi sangat termotivasi buat ikut menulis. Dari sekadar ide atau gagasan, sekarang saya menjadi berani menuangkan menjadi sebuah tulisan.

Tetapi kendala mulai saya dapatkan. Rasa tidak percaya diri muncul. Beruntung sekali saya mendapat motivasi dari acek Rudy Gunawan. Beliau bukan saja memberikan dukungan tetapi malah ikut memoles tulisan saya supaya pantas untuk diterbitkan.

Tidak sampai di situ, ada Romo Suhendra yang memberikan dana tenaga dengan membantu mengecek artikel saya , buat memastikan tidak ada plagiat.

Dan masih banyak teman-teman yang diam-diam mendukung saya, yang tidak mungkin bisa saya sebut satu-satu. Mereka semua bergabung di grup yang bernama "Mettasik".

Saya merasa seperti bermimpi, dari sekedar ide, ternyata mereka telah menjadikan saya sebagai penulis. Bahkan saya diajak menjadi narator untuk proyek Podcast yang juga diprakarsai oleh Grup Mettasik

Saya yang dulunya malas belajar Dhamma, kini setelah ikut menulis, jadi termotivasi buat memperdalam ajaran Buddha.

Terima kasih buat semua penghuni grup Mettasik. Kalian diam-diam telah berdana tenaga, pengetahuan, dukungan, dan kebahagiaan buat semua penulis pemula seperti saya.

**

Selanjutnya saya mendapat dana dukungan dari beberapa teman di grup meditasi rutin bersama. Saya mengenal mereka secara online. Saat penulisan saya sudah stagnan, ada tim hore yang diam-diam memotivasiku dan memberiku inspirasi ilmu.

Terima kasih kepada sahabat-sahabat online, meski tidak pernah bertemu secara langsung, tetapi rasanya dekat sekali dan saya yakin kita semua terikat secara karma.

**

Ada kisah menarik lainnya,

Sungguh tidak percaya saat pertama kali mendengar kisah ini dari temanku. Rasanya aneh dan seperti dalam film-film.

Hari itu saya bertemu teman sekolah seangkatan saya, sebut namanya Lewi. Lewi ini menikah dengan kakak kelas kami. Saat bertemu, memori lama suaminya muncul.

Dari tidak pernah membahas tentang saya, tiba-tiba suami si Lewi banyak bercerita tentang saya. Dan sebuah kisah unik terungkap.

"Pada jaman sekolah, ada teman angkatan saya yang selalu diam-diam melindungimu. Dia tidak akan segan-segan menghajar cowok berengsek yang hendak mendekati kamu."

Di sini pikiran saya langsung membayangkan, "Siapakah dia? Apakah dia naksir saya? Apakah dia penggemar saya?" Persepsiku langsung berjalan.

Tetapi segera dipotong "Jangan salah, cowok ini bukan suka padamu, dia melindungi kamu cuma gara-gara papa dan mamamu baik sekali kepadanya."

Langsung deh otakku berputar, "Siapakah orang itu?" Bikin penasaran.

"Ini anak pernah kerja di toko Papamu. Dari kecil kurang kasih sayang tetapi saat bekerja dengan orang tuamu, dia merasakan kasih sayang dari orangtuamu yang memperlakukannya dengan sangat baik. Dan dia bertekad dalam hati untuk selalu melindungi keluargamu." Ujarnya.

"Wow!! Dahsyat!!" Saya langsung ingat ungkapan di salah satu film drama korea kesayanganku, "Ketika anda tidur lelap, ada orang yang diam-diam sedang bekerja untukmu."

**

Inilah beberapa kisah tentang dana yang saya dapatkan dari orang-orang yang bahkan tidak pernah saya kenal. Tetapi kita terkoneksi dan saya menyadarinya setelah semuanya sudah lewat.

Refleksi:

Sebelum mengenal ajaran Buddha, saya selalu berpikir berdana hanya dalam bentuk materi yang saya sumbangkan buat orang-orang yang membutuhkan. Saya begitu sombong dan berpikir saya tidak perlu menerima dana dari siapa pun.

Setelah mengenal ajaran Buddha, saya baru menyadari betapa banyaknya dana yang telah saya terima dalam kehidupan sehari-hari. Dana itu tidak hanya dalam bentuk materi tetapi bisa dalam bentuk dukungan, tenaga, nasihat, kepedulian, dan sebagainya. Kita semua membutuhkan dana tanpa peduli status, pangkat dan jabatan.

Dari lubuk hati yang paling dalam, saya berterima kasih kepada semua pemberi dana buat saya. Kalian bekerja dalam diam dan tanpa sadar telah menciptakan kebahagiaan buat sesama terutama buat saya.

Saya juga selalu mempertanyakan ke diri saya sendiri,"Mengapa saya ingin menulis tentang Dhamma? Mengapa saya ingin bergabung di grup Mettasik? Apakah sebenarnya yang saya inginkan? Apa intensi saya ingin bergabung di grup ini?"

Sesuai slogannya Mettasik 'berbagi kebahagiaan denga cara yang asyik.' Ternyata di hati terdalam saya, saya ingin menjadikan diri saya seperti teman-teman di grup. Saya ingin ikut memberikan Dhamma dana kepada pembaca. Dan dengan menulis, secara tidak langsung saya didorong harus memperdalam ilmu tentang Dhamma.

Pertanyaanya adalah ilmu Dhamma saya masih sangat terbatas. Akan tetapi saya teringat pada pesan seorang Bhante bahwa untuk berdana tidak perlu tunggu kita kaya dulu atau pintar dulu. Cukup dengan membagikan sedikit yang sudah ada dan ikhlas.

Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

**

Jakarta, 07 September 2022
Penulis: Lisa Tunas, Kompasianer Mettasik

A Loving Mom Who Learns Writing

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun