Inilah beberapa kisah tentang dana yang saya dapatkan dari orang-orang yang bahkan tidak pernah saya kenal. Tetapi kita terkoneksi dan saya menyadarinya setelah semuanya sudah lewat.
Refleksi:
Sebelum mengenal ajaran Buddha, saya selalu berpikir berdana hanya dalam bentuk materi yang saya sumbangkan buat orang-orang yang membutuhkan. Saya begitu sombong dan berpikir saya tidak perlu menerima dana dari siapa pun.
Setelah mengenal ajaran Buddha, saya baru menyadari betapa banyaknya dana yang telah saya terima dalam kehidupan sehari-hari. Dana itu tidak hanya dalam bentuk materi tetapi bisa dalam bentuk dukungan, tenaga, nasihat, kepedulian, dan sebagainya. Kita semua membutuhkan dana tanpa peduli status, pangkat dan jabatan.
Dari lubuk hati yang paling dalam, saya berterima kasih kepada semua pemberi dana buat saya. Kalian bekerja dalam diam dan tanpa sadar telah menciptakan kebahagiaan buat sesama terutama buat saya.
Saya juga selalu mempertanyakan ke diri saya sendiri,"Mengapa saya ingin menulis tentang Dhamma? Mengapa saya ingin bergabung di grup Mettasik? Apakah sebenarnya yang saya inginkan? Apa intensi saya ingin bergabung di grup ini?"
Sesuai slogannya Mettasik 'berbagi kebahagiaan denga cara yang asyik.' Ternyata di hati terdalam saya, saya ingin menjadikan diri saya seperti teman-teman di grup. Saya ingin ikut memberikan Dhamma dana kepada pembaca. Dan dengan menulis, secara tidak langsung saya didorong harus memperdalam ilmu tentang Dhamma.
Pertanyaanya adalah ilmu Dhamma saya masih sangat terbatas. Akan tetapi saya teringat pada pesan seorang Bhante bahwa untuk berdana tidak perlu tunggu kita kaya dulu atau pintar dulu. Cukup dengan membagikan sedikit yang sudah ada dan ikhlas.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
**
Jakarta, 07 September 2022
Penulis: Lisa Tunas, Kompasianer Mettasik